JAKARTA ||| Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) sekaligus Rektor Uniersitas Paramadina, Didik J. Rachbini, mengkritisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tak mencapai 5 persen di Kuartal III 2023. Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal III 2023 hanya mencapai 4,94 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya (year on year).
Menurut Didik, capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023 itu merupakan hal yang berlangsung secara organik dari aktivitas konsumsi masyarakat. Tidak ada kebijakan pemerintah yang terlihat banyak mengintervensi atau mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2023. Bahkan jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal ke kuartal, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III hanya naik 1,69 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Namun, faktor pembentuk pertumbuhan ekonomi lain, seperti investasi, belanja pemerintah, ekspor dan impor, dinilai Didik masih kurang kontribusi pemerintah untuk mendorong faktor tersebut. Misalnya pasar ekspor dan impor pada kuartal III 2023 tercatat mengalami kontraksi. Ekspor terkontraksi 4,26% dan impor terkontraksi 6,18 persen.
Padahal dengan melemahnya permintaan ekspor dari negara-negara lain, pemerintah seharusnya bisa mencari atau melakukan ekspansi pasar ke negara lain yang ekonomi masih membaik.
“Yang selalu diandalkan infrastruktur, tapikan jangka panjang, tidak ada spesifik, kebijakan pemerintah yang bagus dan mendorong pertumbuhan ekonomi itu tidak ada, atau tidak kelihatan,” kata Didik.
Dia menambahkan, diperlukan dorongan eksternal untuk membuat ekonomu tumbuh, antara lain ekspor, karena bisa mendongkrak investasi, cadangan devisa, hingga memperkuat rupiah.
“Itu semua terganjal oleh faktor faktor yang saat ini terjadi, seperti suku Bunga tinggi nilai tukar, dan di internalnya seperti itu, ada faktor politik. Itulah hal-hal yang menyebabkan ekonomi segitu saja, tapi itu juga keberuntungan,” tutur Didik.
Ditulis Oleh : Henhen Editor