Kota Andung // Melalui program Buruan Sae, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar didapuk menjadi salah satu nomine PNS berprestasi kategori inovatif tingkat Provinsi Jabar tahun 2023.
Dalam Visitasi Lapangan PNS Berprestasi, salah satu tim penilai, Lektor Kepala Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB, Ridwan Sutriadi mengatakan, program Buruan Sae harus memiliki kejelasan antara inovasi atau branding.
“Buruan Sae ini apakah benar inovasi yang dicanangkan Pak Gin Gin atau sebenarnya sebuah gerakan masyakarat yang dibranding sebagai program DKPP? Perlu ada kejelasan mengenai hal ini untuk membuktikan jika memang ini diinisiasi langsung oleh Pak Gin Gin,” ujar Ridwan, Senin 11 September 2023.
Menanggapi hal itu, Dekan Fisip Universitas Parahyangan (Unpar), Pius Sugeng Prasetyo menyebutkan, Buruan Sae merupakan sebuah inovasi. Sebab mampu mengubah sebuah kota yang konsumtif menjadi kota produktif.
“Dengan Buruan Sae kita bisa membangun lumbung pangan kota. Keterlibatan ratusan sampai ribuan masyarakat di kota Bandung menjadi kekuatan yang besar sekali untuk menopang isu pangan,” ungkap Pius.
Selain itu, Buruan Sae juga menghidupkan sektor ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Sunda. Dari hasil panen, Komunitas Buruan Sae mampu membangun ekonomi.
“Kelompok Buruan Sae juga menjadi wadah sosial setempat. Mereka berbagi pengalaman, bersolidaritas, bahkan bisa memanfaatkan spot lahan yang pasif,” tuturnya.
“Berdasarkan namanya, Buruan Sae ini basisnya kultur Sunda. Ini sudah menjadi sebuah gerakan sosial yang tersebar di 375 titik, baik masyarakat, lembaga pendidikan, hingga instansi militer,” lanjut Pius.
Untuk keberlanjutan Buruan Sae, Pius mengusulkan agar ke depan pengelolaannya dilakukan secara organisasi formal. Sehingga ada jaminan keberlanjutan secara organisatoris.
Serupa dengan Pius, Head of Programme Rikolto, Nonie Kaban juga menuturkan, Buruan Sae termasuk program inovasi dari Pemerintah Kota Bandung. Melalui Buruan Sae, ide masyarakat dikembangkan menjadi program yang terintegrasi.
“Peran pemerintah sangat penting dalam konteks kolaboratif dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang sama. Agar pangan sehat bergizi dan bernutrisi bisa diakses masyarakat urban,” jelas Nonie.
Salah satu mitra Buruan Sae, musisi asal Bandung, Erwin Moron mengaku, mulanya apatis dengan program pemerintah. Namun, setelah berdiskusi panjang dengan Gin Gin, ia akhirnya tertarik untuk mengajak kawan musisi ikut terlibat dalam Buruan Sae.
“Kata Pak Gin Gin, justru pemerintah butuh orang-orang yang apatis untuk mengajak orang apatis lainnya berkolaborasi dalam kebaikan. Akhirnya saya mencoba membentuk Buruan Sae BDG,” aku Erwin.
Saat ini, Erwin juga menjabat sebagai Ketua Komunitas Buruan Sae BDG. Ia memaparkan, makna BDG sendiri adalah Brand Development Generation.
“Branding-nya harus dibangun kekinian. Kita bangun digital platform seperti Tokopedia dan lainnya. BDG ini terus terjadi akhirnya pengembangan kelompok mulai meluas,” jelasnya.
“Sedangkan regenerasi itu dimaknai dari warga yang awalnya tidak mau halamannya dibuat sebuah pertanian, sekarang berganti. Saya kembangkan ke kawan-kawan musisi. Waktu itu harga cabai mahal, kawan-kawan musisi tanam sendiri dan mereka akhirnya tertarik juga jadi bagian dari Buruan Sae,” imbuhnya.
Bahkan, Erwin juga mengolaborasikan hasil Buruan Sae dengan kegiatan sosialnya yakni Razia Perut Lapar ke pekerja jalanan.
Sementara itu, Head of Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP) Secretariat, Filippo Gavazzeni mengatakan, Buruan Sae menyebarkan kebiasaan makan lokal dan sehat di kalangan masyarakat muda.
“Inovasi Buruan Sae ini ada pada pergerakan grass root. Mereka mentransformasi sebidang tanah menjadi pertanian yang terintegrasi,” kata Filippo.
Selain itu, ia mengakui komitmen tinggi dimiliki setiap lini yang terlibat dalam Buruan Sae.
“Saya sudah tiga kali ke Bandung. Melihat betapa berkembangnya kelompok Buruan Sae. Ini menunjukkan komitmen tinggi dari semua stakeholder,” ucapnya.
(din)**