KOTA BANDUNG – Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengajak para dokter spesialis patologi anatomik bersinergi dengan Pemdaprov dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Bey menyampaikan pada Kongres Nasional Dokter Spesialis Patologi Anatomik ke – 21 di Trans Luxury Hotel, Kota Bandung, Jumat (27/9/2024).
Menurut Bey, semangat kolaborasi dan kebersamaan yang diusung Kongres sejalan dengan prinsip pembangunan yang dipegang Pemdaprov.
“Kami berkomitmen mengembangkan fasilitas kesehatan modern, serta meningkatkan kapasitas SDM di bidang medis. Kolaborasi dengan dokter spesialis patologi anatomik sangat krusial untuk memastikan diagnosis dan perawatan yang akurat serta tepat sasaran bagi setiap pasien,” ujar Bey Machmudin.
Bey memberi catatan, perkembangan teknologi medis telah membawa perubahan besar dalam diagnosis dan pengobatan penyakit, terutama dalam bidang patologi anatomik.
“Peran dokter patologi anatomik semakin penting dengan adanya teknologi seperti AI dan pencitraan genetik, yang membuat diagnosis kini lebih cepat, akurat, dan personal,” kata Bey.
“Teknologi ini memungkinkan identifikasi kelainan jaringan dan sel dengan presisi tinggi, memberikan dasar kuat untuk pengobatan yang tepat,” tambahnya.
Kongres Nasional, menurut Bey, menjadi momentum penting bagi para dokter spesialis patologi anatomik untuk saling berbagi pengetahuan, memperkuat kolaborasi, dan menciptakan inovasi yang mendukung pelayanan kesehatan di Indonesia.
“Melalui diskusi dan kajian mendalam di Kongres ini, diharapkan akan ada terobosan signifikan, terutama dalam deteksi dini dan penanganan penyakit kritis. Kolaborasi dan inovasi ini memperkuat komitmen kita untuk menghadirkan pelayanan kesehatan terbaik,” katanya.
Kongres dihadiri 813 peserta dari dokter spesialis patologi anatomik seluruh Indonesia. Kongres mengusung tema “Transformasi Organisasi Profesi dan Pelayanan Kesehatan dalam Dunia Spesialisasi Patologi Anatomik Indonesia”.
Bey mengingatkan, dokter adalah profesi mulia yang menjunjung tinggi nilai – nilai profesionalisme dan etika. Karena itu, Bey yakin dalam pendidikan spesialias patologi anatomik tidak ada yang namanya perundungan, seperti yang baru saja ramai diberitakan media terjadi pada jurusan lain
“Mudah-mudahan hal ini (perundungan) tidak ada di jurusan ini. Kita jaga bersama kondusivitas dalam pendidikan dokter spesialis ini,” pungkas Bey.
(REDAKSI)**