satunews.id
KOTA BANDUNG — Perang siber atau cyber war yang bersifat sosial, seperti penyebaran berita bohong (hoaks) dan ujaran kebencian di media sosial, menjadi salah satu ancaman serius dalam Pemilu 2024.
Pemda Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) terus berupaya memperkuat literasi digital masyarakat sebagai respons cepat untuk menjawab tantangan perang siber di media sosial.
Kepala Diskominfo Jabar Ika Mardiah menuturkan, penguatan literasi digital, khususnya terkait antisipasi perang siber, merupakan hal krusial yang perlu dilakukan. Terlebih, sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama Jabar, merupakan pengguna aktif media sosial.
Berdasarkan laporan We Are Social pada Januari 2023, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 167 juta pengguna yang berarti 60,4 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna aktif media sosial.
“Karena itu, dalam menghadapi Pemilu Indonesia Tahun 2024, penting bagi pemerintah, lembaga pemilihan, partai politik, dan masyarakat umum khususnya netizen untuk meningkatkan kesadaran terhadap ancaman perang siber di media sosial, guna memastikan pemilu yang adil, bersih, dan kredibel,” ucap Ika dalam IKP Talks bertajuk “Perang Siber di Media Sosial: Tantangan dan Solusi pada Pemilu Indonesia 2024” di Kampus Universitas Islam Bandung, Kota Bandung, Kamis (25/1/2024).
IKP Talks kali ini merupakan kolaborasi Diskominfo Jabar dengan Universitas Islam Bandung. Ada sejumlah narasumber dari berbagai pihak, seperti Dekan FIKOM Unisba Atie Rachmiatie, Guru Besar Komunikasi Politik Karim Suryadi, Direktur Ditreskrimsus Polda Jawa Barat Kombes Pol Deni Okvianto, dan Anggota Bawaslu Provinsi Jawa Barat Nuryamah.
Menurut Ika, IKP Talks kali ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan kapabilitas kita dalam menjawab tantangan sekaligus merancang solusi dalam merespons Perang Siber di Media Sosial.
“Ini menjadi topik penting bagi para mahasiswa maupun Generasi Z yang merupakan pemilih pemula dalam Pemilu 2024. Semoga materi yang disampaikan dapat menjawab tantangan sekaligus mencari solusi terkait perang siber di media sosial,” tuturnya.
Selain itu, Ika juga menuturkan bahwa pihaknya melalui Jabar Saber Hoaks (JSH) intens mengklarifikasi hoaks-hoaks yang beredar di tengah masyarakat. Hasil klarifikasi tersebut ditayangkan di berbagai platform media sosial.
“Tiap hari selalu ada klarifikasi terhadap berita-berita hoaks, meskipun sebenarnya sekarang agak menurun (jumlahnya) dibanding 2019, mungkin warga kita juga sudah mulai tadi, ya, mulai paham, mulai cerdas, mulai aware, bisa melakukan klarifikasi sendiri juga. Karena kami juga terus-menerus melakukan literasi digital ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan ke masyarakat umum,” ucap Ika.
“Kalau untuk website, kami tentunya dari sisi infrastruktur, jaringan, aplikasinya juga harus kami perkuat dari sisi teknologinya. Kemudian juga kami memiliki tim respons cepat juga untuk insiden keamanan informasi, sudah jalan,” imbuhnya.**