“Para perajin diberikan kemampuan bukan cuma keterampilan, tapi juga manajemen dan spiritual skill. Mereka diharapkan menjadi muzaki, sehingga bisa membantu masyarakat lain lewat zakat guna menyelesaikan permasalah sosial di area sekitar,” ungkap Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Saung Angklung Udjo, Satria Yanuar Akbar, Kamis 7 September 2023.
Ia memaparkan, selama tiga tahun kemarin, pemasukan Saung Angklung Udjo turun drastis. Ini berdampak pula pada kesejahteraan pembuat angklung.
Bahkan, ia mengakui jika banyak para perajin angklung yang jadi banting setir mencari profesi lain.
“Harapannya melalui program ini bisa membangkitkan geliat para pembuat angklung agar kembali bersemangat dan secara pendapatan tidak kalah bersaing dengan profesi lain,” harapnya.
Ia menjelaskan, skema kerja sama ini akan terus berkelanjutan. Para perajin diberikan alat yang seragam, pelatihan metode kerja, penyimpanan alat, dan manajemen keuangan.
“Targetnya ada pembagian perajin sesuai dengan kualitas angklung. Ada yang biasa, premium, atau ekspor. Nanti tinggal perajin saja yang pilih mau fokus di mana. Seminggu sekali pelatihan dan kita dampingi juga untuk evaluasinya,” terang Satria.
Terlebih dari momentum kemarin kala Saung Angklung Udjo mendapatkan Guinness World Records pergelaran angklung terbesar yang diikuti sebanyak 15.110 orang.
Saung Angklung Udjo memperoleh pesanan 22.060 angklung untuk peristiwa Guiness World Record tersebut. Menurutnya, ini menjadi awal kebangkitan angklung.
Sementara itu, Ketua Baznas Kota Bandung, Akhmad Roziqin menyampaikan, kerja sama ini dilakukan dalam rangka mengisi agenda Hari Jadi ke-213 Kota Bandung (HJKB).
“Kami ingin ikut berkontribusi untuk HJKB 213 dengan mendukung program Pemerintah Kota Bandung. Semoga bisa mendatangkan banyak manfaat dan berkah untuk semua perajin angklung di Kota Bandung,” ucap Akhmad.
Selain itu, Baznas juga merilis QRIS infaq pemberdayaan para perajin angklung di Kota Bandung.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Bandung, Asep Saeful Gufron menuturkan, selepas masyarakat terbebas dari pandemi Covid-19, kewaspadaan pascapandemi tetap harus menjadi yang utama.
“Saung Angklung Udjo tidak hanya mempertahankan eksistensi tapi juga karya seni dari para leluhur sampai saat ini,” kata Asep.
Ia berharap, pascapandemi geliat ekonomi, pariwisata dan semua sektor bisa kembali meningkat. Pemberdayaan masyarakat pun bisa kian melejitkan kesejahteraan.
“Kita bekerja sama dengan berbagai mitra. Alhamdulillah saat ini Baznas yang bekerja sama dengan Saung Angklung Udjo. Semoga kerja sama ini semakin memperkuat pemberdayaan masyarakat di Kota Bandung,” tuturnya.
Salah satu perajin angklung dari Kelurahan Pasir Layung, Karwati menuturkan, dalam seminggu ia bisa memproduksi 25 set angklung. Satu set terdiri dari 8 buah angklung.
“Kadang-kadang segitu jumlahnya. Kecuali kalau banyak orderan dari Saung Angklung Udjo, baru kita bisa dapat lebih,” ucap Karwati.
Dalam sebulan, ia memperoleh pendapatan sebesar Rp3 juta. Namun, nominal sebanyak itu tak bersih ia peroleh karena harus dibagi ke semua karyawan dan biaya operasional.
“Semoga dengan adanya pelatihan ini, ke depannya nanti kita bisa membuat angklung kualitas premium dan ekspor. Biar penghasilannya lebih baik dan ada peningkatan dari pelatihan ini. Misal dari yang sebelumnya 25 set, jadi 50 set,” imbuhnya.
(Hms)