Sumenep, satunews.id – Jurnalis Sumenep Independen (JSI) menggelar aksi bersih-bersih bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan PKDI Sumenep pada Jumat pagi, 28 November 2025.
Kegiatan tersebut berlangsung di sejumlah titik rawan, salah satunya di Jl Arya Wiraraja, Gedungan, Sumenep, tepatnya sebelah barat terminal.
Pengurus JSI, David Jauzi, mengatakan kegiatan tersebut merupakan langkah awal komunitas jurnalis untuk mengambil peran lebih luas, terutama terkait isu lingkungan.
“Ini langkah awal memberikan warna baru bagi gerakan jurnalis di Sumenep,” ujarnya.
David berpandangan, keberadaan sampah tersebut seperti penyakit kronis, kalau tidak ditangani dengan serius, dampaknya berkepanjangan.
“Nah, ini menjadi bagian dari kampanye mengurangi pencemaran dan membangun kepedulian publik terhadap kebersihan kota,” tegasnya.
Jurnalis netsatu.com itu menyebut tugas jurnalis bukan hanya berkutat dengan teks, tetapi juga berdampak terhadap aspirasi publik, termasuk masalah lingkungan.
“Jurnalis harus peduli lingkungan. Semesta adalah tempat kita berpijak. Tugas kita sebagai manusia menjaga kemanusiaan, dan itu dimulai dari menjaga lingkungan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, JSI bersama DLH, serta PKDI mengajak warga untuk lebih disiplin dalam mengelola sampah.
“Kami mengimbau, agar masyarakat peduli terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Kebersihan kota adalah tanggung jawab kita bersama,” ungkap ketua PKDI Sumenep H. Ubaid Abdul Hayat.
Sementara itu, Staf Pengawas Pasukan Kuning DLH Sumenep, Kamil Amrullah, mengapresiasi keterlibatan para jurnalis dalam kegiatan bersih-bersih tersebut. Kolaborasi seperti ini, kata dia, merupakan yang pertama kali dilakukan bersama komunitas jurnalis di Sumenep.
“Kehadiran kawan-kawan jurnalis ini sangat membantu. Selama ini petugas kami bekerja setiap hari, tapi jika kesadaran masyarakat tidak naik, persoalan sampah tidak akan selesai. Kami berharap, gerakan seperti ini terus berlanjut dan menjadi contoh bagi warga,” ujarnya.
Kamil menambahkan, DLH siap mendukung kolaborasi serupa di masa mendatang.
“Kami terbuka bekerja sama dengan siapa pun. Upaya menjaga Sumenep tetap bersih tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, tetapi membutuhkan partisipasi semua pihak,” katanya.
Aksi bersih-bersih tersebut ditutup dengan makan bersama dan sesi diskusi singkat mengenai rencana kolaborasi lingkungan selanjutnya.
Sekadar diketahui, Jurnalis Sumenep Independen bukan sekadar komunitas penulis berita. Mereka telah menunjukkan bahwa profesi jurnalis mampu melampaui meja redaksi dan turun langsung menjawab kebutuhan masyarakat. Serangkaian program berkelanjutan yang mereka jalankan menjadi bukti bahwa jurnalisme yang peduli dapat menghadirkan perubahan nyata.
Penggalangan dana untuk membangun musala yang ambruk, misalnya, membuktikan bahwa solidaritas tidak harus menunggu pemerintah. Program Saku Berkah untuk warga miskin, santunan yatim, hingga Ambulance Umat menunjukkan bahwa jurnalis juga bisa menjadi motor penggerak kebaikan di akar rumput.
Di tengah kondisi sosial yang semakin kompleks, langkah-langkah seperti ini seharusnya menjadi inspirasi bahwa kepedulian tidak mengenal profesi. Jurnalis Sumenep Independen (JSI) telah menempatkan diri sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar pengamat. (Tim)




























