Oleh : Idat Mustari**
Satunews.id — Pada suatu hari tahun 1934, Karniji, berjalan di Jalan Dafruti Barat di kota Wab. Dia melihat sebuah pemandangan yang membuatnya sedih. Pemandangan itu terjadi tidak lebih dari sepuluh menit. Namun, dalam waktu sesingkat itu Karniji belajar hidup lebih banyak daripada yang dipelajari selama sepuluh tahun.
Ketika itu, dia menuju salah satu bank guna mengajukan pinjaman modal untuk berangkat ke kota Cansa dan mencari pekerjaan di sana. Ketika berjalan dengan hati bingung, perasaan putus asa muncul di hati. Hampir saja dia kehilangan keyakinan dan putus asa karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan.
Tiba-tiba, dia melihat orang yang kedua kakinya sudah diamputasi hendak menyeberang jalan. Orang cacat itu terlihat duduk di atas papan kayu yang dilengkapi dengan roda-roda kecil. Untuk mendorong papan, ia menggunakan kedua tangannya yang memegang dua potong kayu yang menyentuh permukaan jalan untuk mendorong papan yang didudukinya agar maju. Setelah dia berhasil menyeberang jalan, Karniji pun menemuinya.
Sang laki-laki itu mengangkat papan kayu yang baru didudukinya untuk menyeberang jalan, kemudian melirik ke arahnya. Ia tersenyum lebar, “ _Wahai tuan, betapa membahagiakan pagi ini. Hari yang sangat indah, bukan?_ ” Karniji kemudian berdiri dibelakangnya.
Dari situ, dirinya berpikir bahwa ia merupakan orang yang sangat beruntung masih memiliki harta yang cukup, masih memiliki dua kaki, dan masih bisa berjalan. Hatinya berbisik, “Tetapi kenapa aku masih meratapi diri sendiri?”
Ia berbicara di dalam hatinya, jika laki-laki yang tidak memiliki kaki saja masih bisa bahagia dan penuh percaya diri, apalagi aku yang diberikan tubuh sempurna, masih memiliki dua kaki?”
Sejak itu, setiap pagi, Karniji selalu melihat kata-kata yang ditempelkannya di cermin, “ *Kegelisahan hampir saja menghancurkanku hanya karena aku* *kehilangan sepatu sampai suatu ketika aku bertemu dengan* *orang yang kehilangan kedua kaki.*
Bagi siapapun yang sedang gelisah seperti Karniji, semoga kisah ini menjadi embun pagi yang bisa menenangkan diri. Wallahu’alam
” _Met aktivitas, met jumatan semoga bahagia selalu, sehat_ _selalu, panjang umur dan diberi hati yang_ _bersyukur_ .”




























