Oleh : Idat Mustari**
OPINI,|| Dalam Islam pengelolaan sumber daya manusia (SDM) mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW didasarkan pada konsep Islam mengenai manusia itu sendiri. Konsep Pertama: Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan. Oleh karena itu segala kegiatan manusia harus merupakan bentuk ibadah. Konsep kedua: Manusia adalah khalifatullah fil ardhli
Jika SDM berkualitas maka ia dapat mempertanggungjawabkan amanahnya sebagai seorang khalifah dengan baik. Kualitas SDM ini tentu saja tak hanya cukup dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tetapi juga pengembangan nilai nilai rohani spiritual, yaitu berupa iman dan taqwa (imtaq). Pengembangan SDM tidak hanya dari sudut ilmu pengetahuan dan teknologi.Namun, tak kalah pentingnya adalah dimensi spiritual dalam pengembangan SDM.
Kualitas SDM tidak akan sempurna tanpa ketangguhan mental-spiritual keagamaan. Sumber daya manusia yang mempunyai dan memegang nilai-nilai agama akan lebih tangguh secara rohaniah. Dengan demikian akan lebih mempunyai tanggung jawab spiritual terhadap ilmu pengetahuan serta teknologi.
Sumber daya manusia yang tidak disertai dengan kesetiaan kepada nilai-nilai keagamaan, hanya akan membawa manusia ke arah pengejaran kenikmatan duniawi atau hedonisme belaka. Dan jika semangat hedonisme sudah menguasai manusia, bisa diramalkan yang terjadi adalah eksploitasi alam sebesar-besarnya tanpa rasa tanggung jawab dan bahkan penindasan manusia terhadap manusia lain.
Dipastikan seseorang yang tidak menyertakan nilai-nilai keagamaan dalam dirinya akan sulit membedakan antara kuat dan kasar, berani dan nekad, baik hati dan lemah, rendah hati dan rendah diri, bangga dan angkuh, humor dan tolol, cerdik dan licik, cerdas dan curang.
Dengan demikian pengembangan SDM berdasarkan konsep Islam adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia, yang senantiasa menyembah Allah yang menebarkan rahmat bagi alam semesta dan bertaqwa kepada Allah.Barangkali Inilah yang menjadi arah tujuan pengembangan SDM menurut konsep Islam.
Menurut Prof Nurcholis Madjid dalam “Masyarakat Religius” (2010: 90), mengatakan, agama bukanlah sekadar tindakan ritual seperti shalat dan berdoa semata. Lebih jauh dari itu, agama merupakan keseluruhan perilaku umat manusia yang dilakukan demi memperoleh ridha Tuhan, di mana perilaku tersebut membentuk keutuhan dirinya sebagai makhluk berbudi luhur (akhlak karimah). Inilah yang dimaksud dengan esensi agama.
Esensi agama harus benar-benar dihayati yang didasarkan dari misi Rasulullah saw hadir di muka bumi, sebagai penyempurna Ahlak manusia. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).
Dengan demikian esensi agama harus jadi acuan, dasar dalam pengembangan SDM. Wallahu’alam
** Penulis Buku Bekerja Karena Allah dan Komisaris Independen BPR Kerta Raharja Kab Bandung.