Kabupaten Bandung Barat// Selasa, 13 Agustus 2024, Di tengah krisis politik yang melanda berbagai daerah, terutama di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Abah Setia, seorang tokoh seniman dan budayawan yang dikenal luas, memberikan pandangannya tentang hubungan antara politik dan budaya. Kabupaten Bandung Barat, yang dikenal dengan potensi industri dan iklim bisnis yang menjanjikan, sering kali menghadapi masalah kepemimpinan yang tidak stabil dan sering kali tersandung kasus hukum. Dalam wawancara eksklusif ini, Abah Setia menguraikan beberapa poin penting mengenai isu tersebut.
Budaya dalam Politik
Menurut Abah Setia, budaya seharusnya menjadi landasan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk politik. “Budaya adalah bagian integral dari kehidupan manusia yang mengandung nilai-nilai kearifan. Ia seharusnya mengangkat diri kita ke arah yang lebih baik,” jelas Abah Setia. Ia menegaskan bahwa politik yang tidak berbudaya sering kali menghasilkan kepemimpinan yang tidak bertanggung jawab. Di KBB, masalah ini terlihat jelas ketika para pemimpin cenderung memprioritaskan kepentingan pribadi ketimbang kesejahteraan masyarakat.
Krisis Kepemimpinan di KBB
Salah satu pertanyaan besar yang sering muncul adalah mengapa para pemimpin di KBB tidak dapat bertahan lama dan sering terjerat masalah hukum. Abah Setia menyebutkan bahwa fenomena ini tidak terlepas dari budaya politik yang ada. “Politik kita seringkali dikuasai oleh budaya ‘asal bapak senang’. Ini menciptakan lingkungan di mana para pemimpin tidak merasa perlu bertanggung jawab terhadap masa depan masyarakat,” ungkapnya. Dalam konteks KBB, hal ini berarti bahwa pemimpin lebih fokus pada kepentingan jangka pendek dan keuntungan pribadi daripada membangun dasar yang kokoh untuk masa depan daerah.
Dampak terhadap Masyarakat
Abah Setia juga menggarisbawahi bahwa akibat dari praktik politik yang tidak berbudaya ini, masyarakat sering menjadi korban. “Ketika pemimpin tidak memiliki rasa tanggung jawab, masyarakat yang menjadi korban. Mereka harus menghadapi ketidakpastian dan dampak negatif dari keputusan yang dibuat tanpa mempertimbangkan masa depan mereka,” katanya. Di KBB, ketidakstabilan kepemimpinan dan masalah hukum yang melibatkan pejabat publik berkontribusi pada ketidakpastian ekonomi dan sosial bagi penduduk.
Kebutuhan untuk Perubahan
Untuk mengatasi masalah ini, Abah Setia menekankan perlunya perubahan mendasar dalam cara politik dijalankan. Ia mengusulkan bahwa pendidikan budaya dan nilai-nilai moral harus menjadi bagian dari pendidikan politik bagi para calon pemimpin. “Kita harus mengajarkan bahwa kepemimpinan yang baik adalah yang berdasarkan pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, bukan sekadar memenuhi ambisi pribadi,” jelasnya. Dengan cara ini, diharapkan akan lahir pemimpin-pemimpin yang lebih bertanggung jawab dan berkomitmen pada kesejahteraan masyarakat.
Potensi Industri dan Kesempatan
Walaupun menghadapi tantangan, Abah Setia percaya bahwa KBB memiliki potensi besar dalam bidang industri dan bisnis. “Iklim bisnis di sini memang menjanjikan, tetapi kita tidak bisa mengabaikan pentingnya kepemimpinan yang baik. Dengan dukungan budaya yang kuat dan kepemimpinan yang bertanggung jawab, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Dalam penutup wawancara, Abah Setia mengingatkan bahwa untuk mencapai perubahan positif di KBB, dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemimpin, dan sektor industri. Budaya yang kuat dan nilai-nilai yang baik harus menjadi pijakan untuk menciptakan politik yang lebih baik dan berkelanjutan.
Melalui wawancara ini, jelas terlihat bahwa Abah Setia memiliki visi yang mendalam mengenai hubungan antara politik dan budaya. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip budaya yang baik, diharapkan masalah kepemimpinan di KBB dapat diatasi dan daerah ini dapat mencapai potensi maksimalnya.
**Redaksi**