CIMAHI// DISKOMINFO. Guna mencegah stunting demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang sehat dan produktif, Pemerintah Daerah Kota Cimahi melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi kembali mengkampanyekan Gerakan Aksi Bergizi di sekolah-sekolah bertempat di SMP Negeri 8 Kota Cimahi, Kamis (9/11).
Kegiatan dimulai dengan senam bersama yang dilanjutkan dengan sarapan sehat bersama dengan menu makanan bergizi seimbang, konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), dan pengisian aplikasi Ceria. Para peserta didik juga diberikan edukasi kesehatan oleh Petugas Promkes, Gizi dan UKS serta bergabung duta genre Kota Cimahi.
Penyelenggaraan Gerakan Aksi Bergizi ini dilaksanakan serentak se-Provinsi Jawa Barat dengan sasaran 1.119 Sekolah. Adapun di Kota Cimahi dilaksanakan di 13 sekolah, dengan jumlah sasaran sebanyak 3.810 siswi.
Pj. Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi menyampaikan masih tingginya tingkat prevalensi anemia pada remaja menjadi salah satu dasar diselenggarakannya Gerakan Aksi Bergizi, “Setidaknya tiga dari 10 anak remaja di Indonesia menderita anemia, namun demikian tingkat pravalensi anemia di Kota Cimahi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan Jawa Barat,” ungkapnya.
Tingginya tingkat prevalensi anemia pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi tablet tambah darah. Padahal anemia dapat menimbulkan banyak masalah kesehatan, terutama pada remaja putri.
Anemia pada remaja dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja, memperbesar resiko kematian saat melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat badan bayi yang cenderung rendah. Oleh karenanya pengentasan anemia pada remaja menjadi hal yang urgent untuk dilakukan.
Lebih lanjut Dicky menyatakan Gerakan Aksi Bergizi merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi stunting, “Kegiatan ini dilakukan untuk mengatasi stunting, dan lebih dari itu untuk menyiapkan generasi emas nanti di tahun 2045. Apa yang kita lakukan saat ini adalah upaya pencegahan di hulu supaya para remaja putri tidak terkena anemia.”
Dicky berpendapat bahwa penanganan stunting dengan mengubah mindset masyarakat terkait stunting dan melakukan pencegahan di hulu, yakni dengan memberikan pembinaan pada remaja, dan calon pengantin merupakan upaya yang strategis dan krusial untuk mencegah adanya stunting, “Fokus penanganan stunting di Kota Cimahi adalah dengan mengubah mindset masyarakat dan dengan pembinaan pada para remaja putri, calon pengantin juga ibu hamil. Penanganan di hulu ini akan lebih memberi efek signifikan, bila pencegahan dilakukan di hilir itu hanya 5% yang berkontribusi untuk mencegah stunting,” tuturnya.
Ia pun menyatakan Pemkot Cimahi akan memberikan pendampingan pada ibu hamil dan menyusui, “Ketika 1000 hari kelahiran, semenjak dari masa kehamilan itu juga harus dijaga. Pemberian edukasi pada ibu hamil dan menyusui juga hal yang harus diperhatikan, ibu hamil tidak boleh kurang darah dan harus tahu asupan makanan bergizi untuk dirinya dan bayi yang dikandungnya.”
Dicky berharap melalui Gerakan Aksi Bergizi prevalensi anemia pada remaja putri tingkat SMP/SMA dapat turun secara signifikan, “Edukasi yang dilakukan ini diharapkan akan menumbuhkan kesadaran dan kepatuhan remaja untuk menjaga pola hidup sehat,” tandasnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini Tim Pendamping dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Kepala DP3AP2KB Kota Cimahi, Kepala Kementerian Agama Kota Cimahi, Kepala SMP Negeri 8 Kota Cimahi, serta Kepala Puskesmas Leuwigajah.
(Rina)**