Kab. Bsndung// Salah satu Desa yang lokasinya berada diketinggian lebih dari 1000m dpl, adalah Desa Santosa Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung. Letaknya yang dikelilingi pegunungan, seperti Wayang Windu, Malabar, Kendeng dan Malabar di perbatasan Kabupaten Garut, menjadikan Desa Santosa sebagai Desa yang memiliki udara dingin. Sejauh mata memandang dihiasi dengan hijaunya perkebunan teh yang menghampar indah. Mayoritas masyarakat di Desa Santosa adalah karyawan atau buruh perkebunan pabrik teh. Walaupun ada juga yang berprofesi sebagai pemetik lepas, guru, karyawan pabrik, maupun profesi lain.
Perkembangan ekonomi di Desa Santosa berjalan cukup pesat terutama setelah akses transportasi semakin bagus, secara otomatis perekonomianpun menjadi lancar.
Kondisi cuaca yang dingin, memungkinkan Desa Santosa untuk mengembangkan ternak sapi dan domba. Seperti halnya di Pangalengan yang terkenal sebagai sentra penghasil susu, dengan adanya Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS), Desa Santosapun memiliki peternak sapi perah yang produksinya ditampung oleh KPBS.
Selain sapu perah, Desa Santosa mengembangkan ternak domba unggulan sebagai salah satu alternatif pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Peternakan domba ini menggunakan anggaran Ketahana Pangan yang sudah ada slotnya dari Dana Desa.
Sekretaris Desa Santosa, Asep Junaedi mengatakan pada Satunews bahwa domba yang dikembangkan di wilayahnya adalah domba unggulan.
“Sesuai dengan iklim disini, domba bisa dikembangkan dengan baik. Kita membeli domba dari peternak di Garut yang sudah terkenal sebagai penghasil domba unggulan. Kenapa domba yang dikembangkan, karena domba cepat berkembang dan cepat memutar modal” ujar Sekretaris Desa diruang kerjanya.
Anggaran untuk Ketahanan Pangan di Desa Santosa diprioritaskan untuk beternak domba unggulan agar hasilnya bisa segera dirasakan sesuai dengan peruntukkan.
Pemeliharaan domba unggulan dipercayakan pada peternak yang sudah berpengalaman dengan sistim bagi hasil.
Fihaknya berharap peternakan domba unggulan ini ke depan akan menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat selain berkebun. Dengan area lingkungan perkebunan yang hijau, maka ternak domba tidak akan kekurangan pakan.
“Bisa saja kita juga mengembangkan ikan, tapi cuaca yang dingin membuat ikan susah berkembang. Kalau domba kan bisa dijual saat Iedul Adha, atau untuk akikah maupun hajatan”
tambahnya, yang merasa optimis bahwa Desa Santosa bisa menjadi pemasok domba unggulan, sperti halnya Garut yang dikenal sebagai penghasil domba unggul maupun domba adu.
Disinggung mengenai alokasi bonus produksi, sekdes Santosa menyatakab bahwa anggaran bagi hasil dari panas bumi sudah digunakan untuk keperluan kantor, karena jumlahnya relatif kecil, yaitu Rp.40 juta lebih, dari panas bumi Kamojang.
Rencana untuk ke depan, Desa Santosa selain mengembangkan ternak domba, akan mengembangkan produk UMKM yang sudah ada di masyarakat. Dengan demikian, bisa menjadi sumber PAD.
(Rina)**