Kab. Bandung // Desa Girimulya yang ada di Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung terletak di ketinggian lebih dari 800m dpl.
Dengan cuaca sejuk cenderung dingin, wilayah Desa Girimulya memiliki kontur tanah yang turun naik. Tanahnya yang subur, berada tepat di bawah Gunung Wayang Windu dan Malabar menjadikan Girimulya sebagai salah satu penghasil sayuran terbaik untuk wilayah Bandung Jakarta dan kota besar lainnya. Komoditas yang dihasilkan berupa kentang, wortel, seledri dan daun bawang.
Untuk mengembangkan pendapatan masyarakat, Kepala Desa Girimulya Kecamatan Pacet, H. Ayi Rohiman menyatakan bahwa saat ini sedang ada pengembangan ekonomi di bidang peternakan.
“Untuk bidang peternakan, alokasinya dari DD dari slot Ketahanan Pangan sebanyak 20%, wajib dilaksanakan. Kami mengembangkan ternak kambing untuk pemberdayaan masyarakat agar ke depan Desa Girimulya bukan saja dikenal sebagai penghasil sayuran tapi juga penghasil kambing berkualitas”ujarnya.
Ayi Rohiman menerangkan bahwa pasaran domba cukup bagus dan cepat perputaran uangnya. Untuk Tahun Anggaran 2022, Desa Girimulya membeli 92 ekor domba untuk kandang berukuran 9×16 m, dengan perbanding lebih banyak kambing betina, sedangkan pejantan hanya beberapa ekor saja. Sistem peternakan ini dilakukan dengan ikon atau nengah, dengan keuntungan dibagi antara peternak, dengan Desa. Untuk peternak 50%, dan untuk Desa 50%.
“Yang 50% keuntungan Desa akan dibagi lagi dengan masyarakat. Misal keuntungan ada 10 ekor domba, yang 5 ekor untuk peternak, yang 5 ekor untuk Desa. Bagian Desa yang 5 ekor itu akan dibagi lagi dengan masyarakat, yaitu dengan cara dipotong saat kurban. Dagingnya dibagikan pada masyarakat” kata dia.
Lanjut ayi, Sistem ini dirasa cukup adil karena masyarakat akan kebagian, walaupun hanya sedikit.
Sedangkan untuk Tahun Anggaran 2023 Desa Girimulya mengalokasikan untuk ternak ayam sebanyak 1000 ekor di tahap pertama. Dengan sistem kandang ternak ayam bersusun semi modern, peternakan ini meminimalisir bau kotoran ayam yang menyengat.
Ada beberapa tehnik khusus untuk menangani bau kotoran yang bisa menyebabkan polusi.
Kapasitas muat kandang yang mencapai ribuan ekor memang sengaja disediakan untuk tahap dua yang akan turun di akhir tahun.
“Kenapa saya mengembangkan peternakan, karena basic saya dari peternakan. Sebelum menjadi Kepala Desa memang saya sudah beternak ayam, bekerjasama dengan salah sebuah perusahaan. Jadi saat ini saya fokus pengembangan ekonomi dari aspek peternakan. Selain ramah lingkungan, kotoran ayam dan kambing bisa dijadikan pupuk untuk digunakan maupun untuk dijual” sambungnya.
Ia optimis bahwa ekonomi masyarakat akan naik dengan adanya program peternakan ini. Untuk tahun yang akan datang akan lebih dikembangkan lagi supaya hasilnya lebih signifikan. Pada wartawan Selasa (7/11/23).
(Rina)**