Satunews.id
Kab. Bandung – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka Kabupaten Bandung menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan konsep rumah sakit ramah lingkungan melalui program “Green Hospital Movement”. Program ini menjadi bagian dari inovasi pengelolaan sampah rumah sakit yang berorientasi pada efisiensi, keberlanjutan, serta kepedulian terhadap lingkungan.
Dalam kegiatan yang digelar di Aula RSUD Cicalengka, Direktur RSUD Cicalengka dr. H. Mulja Munadjat, M.M., MH.Kes., menjelaskan bahwa program tersebut bertujuan mengubah paradigma pengelolaan sampah rumah sakit — dari sekadar pembuangan menjadi pengolahan yang bernilai guna.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sampah nonmedis rumah sakit bisa diolah menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Dengan pengelolaan yang tepat, hasil olahan sampah dapat memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar dr. Mulja dalam sambutannya pada Senin (10/11/2025)

Melalui inovasi ini, RSUD Cicalengka mengembangkan sistem pemilahan dan pengolahan sampah organik maupun anorganik, serta mendorong seluruh pegawai rumah sakit untuk aktif menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Program ini juga melibatkan akademisi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) dan pakar gizi, serta melaksanakan kegiatan edukasi kepada masyarakat sekitar guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Mengusung tema “Halo Sahabat: Hasil Olahan Sampah Jadi Baru dan Bermanfaat”, RSUD Cicalengka berupaya menghadirkan praktik nyata dari prinsip sustainability (keberlanjutan) di sektor layanan kesehatan.
Usai kegiatan, Direktur RSUD bersama akademisi, pakar gizi, serta jajaran rumah sakit meninjau lokasi budidaya ikan lele yang diberi pakan berbahan dasar maggot. Menariknya, maggot tersebut dibudidayakan dari sampah organik yang diolah secara mandiri oleh anggota komunitas Halo Sahabat.

Program inovatif ini menjadi bagian dari upaya RSUD Cicalengka dalam mewujudkan ketahanan pangan sekaligus pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Siklus pemanfaatan maggot tidak hanya mengurangi limbah organik, tetapi juga menghasilkan pakan ikan bernutrisi tinggi dan ramah lingkungan.
Hasil budidaya ikan lele dari program ini nantinya akan disalurkan kepada anak-anak stunting atau kurang gizi di wilayah sekitar rumah sakit. Langkah ini diharapkan dapat memperbaiki status gizi masyarakat sekaligus mendukung program pemerintah dalam menurunkan angka stunting.
“Inisiatif seperti ini patut dikembangkan karena mampu menyentuh dua aspek penting sekaligus — lingkungan dan kesehatan masyarakat,” tutur dr. Mulja Munadjat.
Dengan semangat kolaborasi lintas sektor, Inovasi “Halo Sahabat” serta program pemanfaatan maggot sebagai pakan ikan ini diharapkan menjadi model pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan yang berkelanjutan di Kabupaten Bandung
(Asp)






























