PANGANDARAN || Neneng (58), warga Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran harus bertaruh dengan waktu demi menghidupi keluarga. Dia turun ke laut mencari kerang demi menghidupi kedua anaknya.
Ibu dua anak itu mencari kerang laut berjenis kewuk di tepian pesisir Legokjawa yang cukup berbahaya. Namun, untuk menyiasati bahaya itu, Neneng mencari kerang saat air laut surut. Kerang kewuk akan dijual Neneng untuk membuat kerajinan dan pernak-pernik souvenir kerang.
“Kalau jadi pencari kerang sejak tahun 2008, waktu itu untuk mengisi waktu luang saya coba mencari kerang untuk menambah penghasilan,” kata Neneng belum lama ini.
Menurutnya, untuk mencari kerang kuwuk tidak mudah karena kondisi air laut yang surut tidak tentu. “Mencari kerang itu tidak mudah, makanya setiap hari kadang dapat ataupun tidak. Kan kondisi air surut bagus itu dalam seminggu 3 kali,” katanya.
Untuk mencari kerang, Neneng mulai berangkat pukul 12.00 WIB. Meski kondisi panas terik matahari, tetapi air surut sudah mulai terlihat.
“Biasanya saya berangkat sekitar pukul 12.00 WIB siang setelah dzuhur,” ucapnya.
Setiap kerang yang Neneng dapatkan tidak langsung dijual, karena membutuhkan proses yang panjang. “Kalau buat kerajinan kerang itu butuh waktu, kalau hari ini dapet dikumpulin dulu sampai beberapa kilogram. Kan 1 kilogram kerang cuman Rp 20 ribu,” katanya.
Dalam sebulan, kata Neneng, paling banyak dapat 6 kilogram, jika dirupiahkan hanya Rp 120 ribu. “Dalam sebulan paling Rp 120 ribu, segitu pendapatan saya dalam sebulan,” ucapnya.
Dia mengatakan, hasil menjual kerang itu hanya cukup buat beli beras dan makan saja. “Alhamdulillah sampai hari ini bisa hidup dari jual kerang itu,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual kerang, Neneng pun nyambi mencari rumput laut.
“Ya nyambi aja gitu, nyari rumput laut dijual ke perajin juga. Jual rumput laut basah itu 1 kilogramnya Rp 6 ribu. Paling banyak sehari dapat 6 kilogram saja,” katanya.
Baca juga:
“Namanya juga orang hidup, dilakonan we da gaduh putra mereun kedah jajan sareng tuangna (dilakoni aja kan punya anak harus jajan sama makan),” ucap Neneng.
Bahkan, kata Neneng 1 anaknya saat ini sedang sakit dan menjadikan hal tersebut motivasi. “Motivasi saya mah cuman anak, asal bisa sekolah,” katanya.
Neneng mengaku telah menekuni sebagai pencari kerang sejak 15 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penghasilan tambahan.
PANGANDARAN || Neneng (58), warga Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran harus bertaruh dengan waktu demi menghidupi keluarga. Dia turun ke laut mencari kerang demi menghidupi kedua anaknya.
Ibu dua anak itu mencari kerang laut berjenis kewuk di tepian pesisir Legokjawa yang cukup berbahaya. Namun, untuk menyiasati bahaya itu, Neneng mencari kerang saat air laut surut. Kerang kewuk akan dijual Neneng untuk membuat kerajinan dan pernak-pernik souvenir kerang.
“Kalau jadi pencari kerang sejak tahun 2008, waktu itu untuk mengisi waktu luang saya coba mencari kerang untuk menambah penghasilan,” kata Neneng belum lama ini.
Menurutnya, untuk mencari kerang kuwuk tidak mudah karena kondisi air laut yang surut tidak tentu. “Mencari kerang itu tidak mudah, makanya setiap hari kadang dapat ataupun tidak. Kan kondisi air surut bagus itu dalam seminggu 3 kali,” katanya.
Untuk mencari kerang, Neneng mulai berangkat pukul 12.00 WIB. Meski kondisi panas terik matahari, tetapi air surut sudah mulai terlihat.
“Biasanya saya berangkat sekitar pukul 12.00 WIB siang setelah dzuhur,” ucapnya.
Setiap kerang yang Neneng dapatkan tidak langsung dijual, karena membutuhkan proses yang panjang. “Kalau buat kerajinan kerang itu butuh waktu, kalau hari ini dapet dikumpulin dulu sampai beberapa kilogram. Kan 1 kilogram kerang cuman Rp 20 ribu,” katanya.
Dalam sebulan, kata Neneng, paling banyak dapat 6 kilogram, jika dirupiahkan hanya Rp 120 ribu. “Dalam sebulan paling Rp 120 ribu, segitu pendapatan saya dalam sebulan,” ucapnya.
Dia mengatakan, hasil menjual kerang itu hanya cukup buat beli beras dan makan saja. “Alhamdulillah sampai hari ini bisa hidup dari jual kerang itu,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual kerang, Neneng pun nyambi mencari rumput laut.
“Ya nyambi aja gitu, nyari rumput laut dijual ke perajin juga. Jual rumput laut basah itu 1 kilogramnya Rp 6 ribu. Paling banyak sehari dapat 6 kilogram saja,” katanya.
Baca juga:
“Namanya juga orang hidup, dilakonan we da gaduh putra mereun kedah jajan sareng tuangna (dilakoni aja kan punya anak harus jajan sama makan),” ucap Neneng.
Bahkan, kata Neneng 1 anaknya saat ini sedang sakit dan menjadikan hal tersebut motivasi. “Motivasi saya mah cuman anak, asal bisa sekolah,” katanya.
Neneng mengaku telah menekuni sebagai pencari kerang sejak 15 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penghasilan tambahan.
PANGANDARAN || Neneng (58), warga Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran harus bertaruh dengan waktu demi menghidupi keluarga. Dia turun ke laut mencari kerang demi menghidupi kedua anaknya.
Ibu dua anak itu mencari kerang laut berjenis kewuk di tepian pesisir Legokjawa yang cukup berbahaya. Namun, untuk menyiasati bahaya itu, Neneng mencari kerang saat air laut surut. Kerang kewuk akan dijual Neneng untuk membuat kerajinan dan pernak-pernik souvenir kerang.
“Kalau jadi pencari kerang sejak tahun 2008, waktu itu untuk mengisi waktu luang saya coba mencari kerang untuk menambah penghasilan,” kata Neneng belum lama ini.
Menurutnya, untuk mencari kerang kuwuk tidak mudah karena kondisi air laut yang surut tidak tentu. “Mencari kerang itu tidak mudah, makanya setiap hari kadang dapat ataupun tidak. Kan kondisi air surut bagus itu dalam seminggu 3 kali,” katanya.
Untuk mencari kerang, Neneng mulai berangkat pukul 12.00 WIB. Meski kondisi panas terik matahari, tetapi air surut sudah mulai terlihat.
“Biasanya saya berangkat sekitar pukul 12.00 WIB siang setelah dzuhur,” ucapnya.
Setiap kerang yang Neneng dapatkan tidak langsung dijual, karena membutuhkan proses yang panjang. “Kalau buat kerajinan kerang itu butuh waktu, kalau hari ini dapet dikumpulin dulu sampai beberapa kilogram. Kan 1 kilogram kerang cuman Rp 20 ribu,” katanya.
Dalam sebulan, kata Neneng, paling banyak dapat 6 kilogram, jika dirupiahkan hanya Rp 120 ribu. “Dalam sebulan paling Rp 120 ribu, segitu pendapatan saya dalam sebulan,” ucapnya.
Dia mengatakan, hasil menjual kerang itu hanya cukup buat beli beras dan makan saja. “Alhamdulillah sampai hari ini bisa hidup dari jual kerang itu,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual kerang, Neneng pun nyambi mencari rumput laut.
“Ya nyambi aja gitu, nyari rumput laut dijual ke perajin juga. Jual rumput laut basah itu 1 kilogramnya Rp 6 ribu. Paling banyak sehari dapat 6 kilogram saja,” katanya.
Baca juga:
“Namanya juga orang hidup, dilakonan we da gaduh putra mereun kedah jajan sareng tuangna (dilakoni aja kan punya anak harus jajan sama makan),” ucap Neneng.
Bahkan, kata Neneng 1 anaknya saat ini sedang sakit dan menjadikan hal tersebut motivasi. “Motivasi saya mah cuman anak, asal bisa sekolah,” katanya.
Neneng mengaku telah menekuni sebagai pencari kerang sejak 15 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penghasilan tambahan.
PANGANDARAN || Neneng (58), warga Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran harus bertaruh dengan waktu demi menghidupi keluarga. Dia turun ke laut mencari kerang demi menghidupi kedua anaknya.
Ibu dua anak itu mencari kerang laut berjenis kewuk di tepian pesisir Legokjawa yang cukup berbahaya. Namun, untuk menyiasati bahaya itu, Neneng mencari kerang saat air laut surut. Kerang kewuk akan dijual Neneng untuk membuat kerajinan dan pernak-pernik souvenir kerang.
“Kalau jadi pencari kerang sejak tahun 2008, waktu itu untuk mengisi waktu luang saya coba mencari kerang untuk menambah penghasilan,” kata Neneng belum lama ini.
Menurutnya, untuk mencari kerang kuwuk tidak mudah karena kondisi air laut yang surut tidak tentu. “Mencari kerang itu tidak mudah, makanya setiap hari kadang dapat ataupun tidak. Kan kondisi air surut bagus itu dalam seminggu 3 kali,” katanya.
Untuk mencari kerang, Neneng mulai berangkat pukul 12.00 WIB. Meski kondisi panas terik matahari, tetapi air surut sudah mulai terlihat.
“Biasanya saya berangkat sekitar pukul 12.00 WIB siang setelah dzuhur,” ucapnya.
Setiap kerang yang Neneng dapatkan tidak langsung dijual, karena membutuhkan proses yang panjang. “Kalau buat kerajinan kerang itu butuh waktu, kalau hari ini dapet dikumpulin dulu sampai beberapa kilogram. Kan 1 kilogram kerang cuman Rp 20 ribu,” katanya.
Dalam sebulan, kata Neneng, paling banyak dapat 6 kilogram, jika dirupiahkan hanya Rp 120 ribu. “Dalam sebulan paling Rp 120 ribu, segitu pendapatan saya dalam sebulan,” ucapnya.
Dia mengatakan, hasil menjual kerang itu hanya cukup buat beli beras dan makan saja. “Alhamdulillah sampai hari ini bisa hidup dari jual kerang itu,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual kerang, Neneng pun nyambi mencari rumput laut.
“Ya nyambi aja gitu, nyari rumput laut dijual ke perajin juga. Jual rumput laut basah itu 1 kilogramnya Rp 6 ribu. Paling banyak sehari dapat 6 kilogram saja,” katanya.
Baca juga:
“Namanya juga orang hidup, dilakonan we da gaduh putra mereun kedah jajan sareng tuangna (dilakoni aja kan punya anak harus jajan sama makan),” ucap Neneng.
Bahkan, kata Neneng 1 anaknya saat ini sedang sakit dan menjadikan hal tersebut motivasi. “Motivasi saya mah cuman anak, asal bisa sekolah,” katanya.
Neneng mengaku telah menekuni sebagai pencari kerang sejak 15 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penghasilan tambahan.