Kota Cimahi // Untuk Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kota Cimahi, lokasinya di Lebak Saat dan Santiong, Jalan Kolonel Mastruri Cipageran Kota Cimahi, merupakan program dari Kementrian PUPR dan yang melaksanakan kegiatan pembangunan TPST tersebut dari Kementrian PUPR itu sendiri, dengan bantuan dana dari World Bank.
Sedangkan pembangunan TPST tersebut menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Chanifah Listyarini, yang akrab di panggil Rini, sudah berjalan 60 persen, saat Rini di konfirmasi diruangan kerjanya Pemkot Cimahi, Selasa (22/8/2023).
Anggaran pembangunan TPST tersebut, kata Rini, menghabiskan biaya sebesar Rp 30 Milyar.
“Pembangunan baru berjalan sebesar 60 persen, tetapi belum peralatan, dan memakan waktu di 330 hari, selesainya lompat tahun, diperkirakan pada bulan Maret 2024 pembangunan TPST dapat terselesaikan,” terang Rini.
Ditambahkan oleh Rini, bahwa luas bangunan TPST yang di bangun di Santiong, seluas 4000 meter persegi, dan luas lahannya sekitar 6000 meter persegi.
“Sedangkan lokasi yang di Lebaksaat luas bangunannya sama 4000 M2 hanya luas lahannya lebih besar,” jelasnya.
Sedangkan daya tampung pengolahan sampah di Santiong tersebut sebanyak 50 ton per harinya dan untuk yang di Lebaksaat, sekitar 10 ton perharinya.
“Jadi di Santiong ini, kita akan mengarah ke FDF dan bio massa, jadi sampah nantinya akan di drop dulu ke Santiong, kemudian dilakukan pemilahan dan sebagainya,” terang Rini.
Setelah dilakukan pemilahan sampah seperti anorganik dan organik, organiknya jadi Bio massa dan FDF.
“Kemudian sampah yang organik murni, akan di kirim ke Lebak Saat untuk pembuatan maggotisasi,” ujar Rini.
Dijelaskan pula oleh Rini, dari sampah 200 ton perhari, pengurangan kapasitasnya kurang lebih menjadi 25 persen.
“Harapan saya, masalah residunya dapat terkurangi, dan mungkin kedepan kalau pengolahannya bagus, prediksi kami residunya hanya 5 persen yang di kirim ke TPA,” jelasnya.
Jadi lanjut Rini, dengan adanya pembangunan TPST di dua tempat tersebut bisa menjadi 25% dari sampah yang ada dapat dikelola.
“Tentunya kita juga akan mengaktifkan kembali bank sampah lagi, mana yang bisa didaya gunakan, dan mungkin dapat bekerjasama dengan beberapa pihak,” ulasnya.
Bahkan yang di targetkan oleh Rini dua atau tiga tahun kedepannya, pihak DLH tidak akan lagi membuang sampah ke TPA Sarimukti, kecuali residu.
“Dan residupun kita akan mencari lagi, teknologi apa yang tepat sehingga kita tidak lagi membuang ke TPA,” harap Rini.
Diakui oleh Rini, saat ini TPS yang ada di Cimahi yaitu TPS 3 R di daerah Melong dan PDU Citeureup, Cibeber.
“Kita ada beberapa tempat yaitu enam TPST dan saat ini kita berkonsentrasi di Maggot, dari sampah organiknya, sedangkan yang anorganiknya masuk ke Bank Sampah dimasing-masing RW,” bebernya.
Itupun sampah yang rencananya di kirim ke Santiong itu, diutamakan sampah rumah tangga.
“Tapi tidak menutup kemungkinan kedepannya sampah-sampah dari Mall, atau restoran, karena dilihat dari tipe sampahnya akan berbeda,”
Sebab kata Rini kembali, kalau berbicara masalah sampah restoran, dan hotel, lebih banyak adalah sampah dari makanan.
TPST Santiong Kota Cimahi dalam pembangunan 60 persen, siap tampung sampah sebanyak 50 ton perhari
“Itu lebih cocok untuk maggot, dan kita akan tetap menampung sampah makanan tersebut, kemudian kita akan coba sampah tersebut untuk maggotisasi yang ada di Lebaksaat yang 10 ton perhari itu,” bebernya.
Bahkan rencana Rini kedepannya, pihaknya akan mencari beberapa titik lokasi lagi agar sampah tersebut dapat di olah semuanya supaya tidak lagi di buang ke TPA.
“Kedepannya kalau ini sudah running well (berjalan dengan baik) kita akan mencari beberapa titik lagi untuk pengelolaan sampah, karena target kita sampah tidak ada yang di buang ke TPA,” tutupnya.
(Red)**