Satunews.id, BANDUNG – Pemilihan umum 2024 bulan februari lalu telah usai. Dampak dari pemilu yang dirasakan masyarakat usainya pesta demokrasi tersebut, malah melambungnya harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari dan adanya dugaan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu.
Hal inilah yang memicu seluruh elemen masyarakat untuk melakukan aksi demo.
Seperti yang terjadi sebelumnya pada saat detik-detik pengumuman KPU RI atas hasil pemilu, terutama hasil pilpres. Puluhan bahkan ratusan relawan yang tergabung dalam berbagai simpul relawan terutama dari kubu capres 01 melakukan aksi demo di Jakarta dimulai dari tanggal 18-20 Maret 2024 secara besar-besaran.
Walaupun dari berbagai pihak bahkan para elit politik mencoba mendinginkan suasana hati masyarakat agar bersabar karena masih menunggu hasil sengketa yang akan diajukan ke MK dan akan diputus di Mahkamah Konstitusi (MK) nanti, tetapi sepertinya tidak membuat seluruh elemen masyarakat dapat menerimanya.
Kemaren Jum’at 22 Maret 2024 ratusan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa terhadap melambungnya harga bahan pokok dan dugaan adanya kecurangan dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Aksi yang digelar di depan Gedung Sate dengan tajuk ‘Bandung Lautan Api’.
Aksi tersebut dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Sangga Buana (USB) YPKP Bandung.
Disampaikan oleh salah satu mahasiswa USB YPKP, Adam Rizal mengatakan aksi ini merupakan bentuk keprihatinan mereka terhadap negara dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi.
Dalam pantauan Satunews.id, sejumlah mahasiswa berorasi bernada kritikan terhadap pemerintahan Jokowi.
Disebutkannya, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Presiden Jokowi tidak memihak kepada rakyat dan hanya mementingkan kepentingan politiknya saja.
“Ini merupakan keprihatinan kami terhadap negara dalam pemerintahan Jokowi atas kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, yang tidak memihak kepentingan rakyat, hanya mementingkan kepentingan politiknya saja”, kata Adam
Ia pun menyinggung harga-harga kebutuhan pokok yang akhir-akhir ini sedang mengalami kenaikkan seperti cabai, telur, dan beras medium.
Juga menyoroti tentang ketimpangan yang terjadi dalam pemasokan beras di Indonesia. Di mana beras impor lebih banyak daripada beras yang dipanen dari petani lokal.
Adam menyebut Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah nyatanya masih memberatkan masyarakat, terutama beras. Dia menyesalkan pemerintah yang gagal dalam menekan harga beras yang angkanya sempat melebihi HET.
“Pandangan kami terhadap istana ini sebagai lembaga yang tidak jujur karena meskipun selalu mengklaim bertindak demi kepentingan rakyat dan mengaku sebagai wakil rakyat, namun mereka tidak pernah menerapkan kebijakan yang mendukung kepentingan rakyat.,” kata Adam.
Adapun tuntutan mahasiswa dalam aksi tersebut, yaitu :
1. Melaksanakan reforma agraria sejati dan industri nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional dan stabilkan harga bahan pokok;
2. Kembalikan independensi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK);
3. Cabut Pasal TNI Polri dapat mengisi jabatan ASN pada RPP Manajemen ASN dan tolak segala bentuk dwi fungsi TNI Polri;
4. Cabut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 Tentang Cipta Kerja dan tolak proyek strategis nasional yang akan merampas dan memonopoli tanah;
5. Revisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP pada pasal-pasal yang membatasi kebebasan berekspresi;
6. Jamin partisipasi masyarakat yang bermakna dalam seluruh proses pembentukan peraturan dan kebijakan publik;
7. Berantas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan tolak politisasi yudisial;
8. Tindak tegas pelanggaran etik yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan Umum (Pemilu);
9. Tindak tegas aparatur negara yang berpihak dan adili peserta pemilu yang menggunakan fasilitas negara;
10. Cegah intervensi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada);
11. Tolak perpanjangan masa jabatan kepala desa 8 tahun;
12. Mengarusutamakan riset dan data dalam perancangan kebijakan.
Sekitar pukul 17.30 WIB, mahasiswa mencoba mendobrak pagar depan gedung sate. Sesekali mereka berdebat dengan pihak kepolisian.
Demonstran yang tergabung dari universitas di Bandung ini melanjutkan aksinya hingga waktu berbuka puasa.(***)