Satunews.id; GARUT // Darah adalah elemen penting penunjang kehidupan seseorang. Tanpa darah tidak akan ada kehidupan. Untuk itu keberadaan donor darah sangat diperlukan guna kelangsungan hidup umat manusia. Namun sayangnya masih banyak orang yang belum mengerti tentang pentingnya donor darah.
Di wilayah Garut Selatan yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, tidaklah mudah untuk mengajak sadar akan pentingnya donor darah. Perlu upaya dan kerja keras agar masyarkat mau mendonorkan darahnya.
Demikian pula yang dialami oleh Bunda Nia Kurniati, motivator donor darah dari Kecamatan Pameungpeuk Garut Selatan. Pada Rabu (1/11/23).
Awalnya Bunda Nia Kurniati kesulitan mendapatkan darah bagi anaknya yang menderita Thalassemia. Penderita Thalassemia membutuhkan transfusi darah yang dilakukan secara rutin.
“Awalnya anak saya yang menderita Thalassemia harus dirawat di Rumah Sakit Pameungpeuk. Saat itu stok darah sedang tidak ada. Saya yang saat itu hampir putus asa, menghubungi PMI. Untung ada donor yang bisa membantu anak saya. Sejak saat itu saya bertekad untuk bisa menjadi motivator donor darah.” ujarnya dalam sesi mengobrol dengan media.
Selanjutnya Bu Nia mengatakan bahwa ia mulai mengajak keluarga dan kerabat dekat untuk mau mendonorkan darahnya, demi membantu kelangsungan hidup orang yang membutuhkan darah. Yang semula hanya kalangan keluarga saja yang menjadi donor, kemudian terus berkembang hingga mencapai jumlah 170 orang pendonor.
“Jumlah itu sungguh luar biasa untuk wilayah terpencil seperti di Pameungpeuk ini. Alhamdulillah lancar dan banyak warga yang sadar akan pentingnya donor darah”. Kata dia.
Lebih lanjut, Jumlah sebesar itu luar biasa sehingga membuat Bupati Garut Dr.Helmy memberikan penghargaan dengan mengundang Bu Nia Kurniati ke Garut dalam sebuah acara penghargaan yang dihadiri pula oleh PMI Kabupaten Garut, Dinas Kesehatan serta instansi terkait. Saat itu dirinya mendapatkan penghargaan. Bupati Garut sangat mengapresiasi upaya Bu Nia Kurniati dalam menjadi motivator donor darah yang sukses.
Jika orang lain hanya bisa mambawa pendonor antara 5 hingga 15 orang, maka Bu Nia berhasil mengajak banyak orang. Dirinya mengakui tidak memiliki liat khusus dalam menjadi motivator donor darah, dia hanya memberikan edukasi akan pentingnya menjadi pendonor karena drag diperlukan oleh pasien untuk melakukan operasi, ibu2 yang baru melahirkan, kecelakaan maupun untuk penderita kelainan darah seperti Thalassemia. Menurutnya mata rantai penyakit Thalassemia harus diputus.
Ia menghimbau bagi pasangan yang akan menikah harus dilakukan screening guna melihat apakah calon mempelai menderita Thalassemia atau sebagai carrier penyakit Thalassemia. Dengan adanya screen ing tersebut, nanti akan ketahuan sehingga dalam pernikahan nanti bisa dilakukan pencegahan2.
Menjadi motivator donor darah bagi Bu Nia merupakan suatu nilai ibadah yang tinggi. Pendonor darah adalah orang yang bersedekah, ia memiliki pahala yang tinggi dengan mendonorkan darahnya bagi yang membutuhkan. Karena darah manusia tidak ada pabriknya jadi tidak bisa diproduksi. Bu Nia menambahkan bahwa selama dirinya menjadi motivator, banyak suka duka yang dialami. Ia mendapatkan penghargaan dari Bupati dan sering ikut serta dalam acara nasional.
Tidak ada penghargaan yang senilai dengan uang selain pengakuan. Dirinya masih terus memotivasi masyarakat untuk sadar akan pentingnya mendonorkan darah. Apalagi di Pameungpeuk banyak orang yang mengkonsumsi ikan, para nelayan dan keluarganya memiliki Hb yang tinggi, dan itu sangat bagus untuk donor.
Tidak sedikit upaya yang dilakukan Bunda Nia dalam upayanya menyadarkan masyarakat, secara bergotong royong dirinya dan rekan2nya patungan menyediakan makanan untuk para pendonor jika ada acara donor darah.
“Saya berharap akan makin banyak orang yang sadar tentang kesehatan. Mudah2an ke depan banyak orang yang mau menjadi pendonor, lillahi karena Allah” pungkasnya
(Rina)**