Oleh : Idat Mustari
Satunews.id — Ada kisah yang pantas untuk kita renungkan. Kisah seorang filsuf dan penyair Iran bernama Sa’di.
Suatu ketika ia mendirikan solat di Masjid Bani Umaiyah di Damaskus. Selesai solat, ia melihat sepatunya sudah tidak ada lagi. Ia menggerutu, meratapi sepatunya yang hilang. Hatinya menyalahkan setiap orang yang ada. Ia berbisik dengan kesal “Duh di masjid masih aja ada yang curi sepatu,”
Sa’di kembali ke dalam masjid, hendak menanyakan, barangkali ada yang tahu di mana sepatunya berada. Belum lagi sempat bertanya, ia melihat seorang tua dengan senyum selalu terkulum di wajahnya dan memantulkan cahaya kebahagiaan saat melihat wajahnya. Yang membuat Sa’di tertegun adalah ternyata orang tua itu cacat, kehilangan kedua-dua kakinya.
Sa’di lantas merenung, bagaimana boleh aku menggerutu hanya kerana kehilangan sepatu, sementara wajah orang tua itu memancarkan bahagia walaupun kedua-dua kakinya telah tiada.
Karena peristiwa ini Sa’di pun menulis kalimat“ _Kegelisahan hampir saja menghancurkanku hanya karena aku kehilangan sepatu sampai satu ketika aku_ _bertemu dengan orang yang kehilangan kedua kakinya_ .”
Memang kita seringkali kehilangan rasa syukur, rasa sabar, padahal banyak orang dibawah kita kehidupannya. Boleh jadi karena itu, kita pun seringkali dilanda kegelisahan.
Wallahu’alam
Met aktivitas, met jum’atan semoga Allah memberi kesehatan, keberkahan,
keluasan rezeki dan kesuksesan untuk dirimu…jangan lupa isi kencleng
Salam Takjim
Idat Mustari