Oleh : Idat Mustari
SatuNews.id — Cerita Yusuf Hamka, Raja Jalan Tol, saat masuk Islam, teman-temannya menyebutnya Islam itu agama orang susah, agama orang miskin,” dikutip dari YouTube Helmy Yahya.
Kaum Orientalis barat pun menyebut agama Islam adalah agama yang menganjurkan pemeluknya jadi orang miskin. Mereka menyitir hadis-hadis yang menceritakan keutamaan orang miskin, seperti antara lain : Dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dua orang mukmin bertemu di pintu surga: mukmin yang kaya dan mukmin yang miskin, ketika di dunia. Si miskin dimasukkan ke surga, sementara si kaya tertahan beberapa lama, baru kemudian dimasukkan ke surga. Mukmin yang miskin ini menghampiri mukmin yang kaya lalu bertanya, ‘Saudaraku, mengapa engkau tertahan?” Si kaya menjawab, ‘Saudaraku, aku tidak sampai ke sini sebelum keringatku bercucuran yang seandainya didatangkan seribu unta yang semuanya memakan pakanan asam, aku pasti tidak akan keluar keluar darinya.”
Tentu tidak salah hadis itu, tetapi menjadi salah jika kemudian orang Islam menjauhi dunia, kehilangan etos kerja dengan alasan tidak apa-apa menjadi orang miskin, sebab toh masuk surga terlebih dahulu.
Terburuknya, tidak sedikit orang islam menikmati kemiskinannya. Kemiskinan menjadi zona nyaman bagi dirinya.
Padahal ajaran islam memberikan keutamaan bagi orang kaya.
Orang yang kaya bisa berinfak kepada fakir miskin, bisa menyambung tali silaturahmi, bisa membantu orang miskn, bisa membangun sarana ibadah dan melakukan amal-amal saleh lainnya.
Para sahabat Rasulullah saw, sebut saja Utsman bib Affan ketika terbunuh, beliau meninggalkan kekayaan sebanyak 100.500 dinar, satu juta dirham, 1000 ekor kuda, sumur Aris, lading khaibar, serta lembah senilai 200,000 dinar. Amru bin Ash meninggalkan 300 dinar. Zubai bin Awwan meninggalkan harta 50 ribu dinarm 1000 ekor kuda dan Abdurrahman bin Auf meninggalkan harta yang tak terhitung jumlahnya.
Para sahabat itu adalah orang kaya yang mendapat pujian dari Allah. Hal itu dikarenakan harta bagi mereka cukup di tangan, tidak di hati. Ketika mendapatkan harta mereka bersyukur dan ketika kehilangan mereka bersabar.
Tidak haram jadi orang kaya, yang terlarang itu jadi orang yang tergila-gila dengan kekayaan. Yang dengan kekayaannya jadi jauh dengan Allah. Yang kekayaannya tak berwujud dalam amal saleh. Yang kekayaannya jadi penyebab dirinya tidak selamat di akhirat.
Berusahalah tidak jadi orang miskin, sebab Islam bukan ajaran yang mewajibkan pemeluknya jadi miskin. Dengan kata lain, di Islam, tidak wajib miskin, pun tidak haram kaya.
Wallahu’alam
Penulis Buku Bekerja Karena Allah dan Komisaris BPR Kerta Rahardja Kab Bandung.