Jakarta, 17 Agustus 2024 – Indonesia dan Dewan Kerja Sama untuk Negara Arab di Teluk (GCC) hari ini secara resmi memulai perundingan untuk Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) antara kedua belah pihak. Acara peluncuran perundingan ini dilaksanakan sore ini dan dihadiri oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan, serta Sekretaris Jenderal GCC, Jasem Mohamed Albudaiwi.
Perundingan ini bertujuan untuk menghapuskan hambatan perdagangan dan tarif antara Indonesia dan negara-negara anggota GCC, yang terdiri dari Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Dengan adanya perjanjian ini, diharapkan akan terjadi peningkatan volume perdagangan dan investasi antara Indonesia dan negara-negara Teluk.
Dalam sambutannya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menekankan pentingnya perjanjian ini sebagai langkah strategis dalam memperluas pasar ekspor Indonesia dan memperkuat hubungan ekonomi dengan negara-negara GCC. “Perjanjian ini akan membuka peluang baru bagi produk-produk Indonesia untuk memasuki pasar GCC yang sangat potensial,” kata Hasan.
Sekretaris Jenderal GCC, Jasem Mohamed Albudaiwi, menyambut baik dimulainya perundingan ini dan berharap proses negosiasi dapat berjalan lancar. “Kami melihat potensi besar dalam kerjasama ini, terutama dalam sektor-sektor seperti energi, teknologi, dan perdagangan barang dan jasa. Kami optimistis bahwa perjanjian ini akan memberikan manfaat signifikan bagi kedua belah pihak,” ujar Albudaiwi.
Negosiasi ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan ke depan. Setelah kesepakatan tercapai, perjanjian ini akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha dari kedua belah pihak serta menciptakan lebih banyak peluang kerja di berbagai sektor.
Internasional
Ekonomi Global Menghadapi Ketidakpastian di Tengah Ketegangan Geopolitik yang Meningkat
Jenewa, 17 Agustus 2024 – Lanskap ekonomi global menghadapi tantangan signifikan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di berbagai kawasan. Perkembangan terbaru, termasuk konflik yang sedang berlangsung dan sengketa perdagangan, berkontribusi pada prospek ekonomi yang tidak pasti bagi banyak negara.
Salah satu sumber utama kekhawatiran adalah konflik yang semakin intensif antara kekuatan besar, terutama di Eropa Timur dan kawasan Asia-Pasifik. Para analis memperingatkan bahwa permusuhan yang berkepanjangan dapat mengganggu rantai pasokan global, menyebabkan kenaikan harga barang-barang esensial dan menambah tekanan pada perdagangan internasional.
Di Eropa Timur, ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah mencapai titik baru, dengan eskalasi terbaru meningkatkan kekhawatiran akan keterlibatan militer yang lebih luas. Konflik ini telah berdampak pada pasokan energi ke Eropa, menyebabkan lonjakan harga energi dan menimbulkan kekhawatiran mengenai inflasi dan stabilitas ekonomi.
Sementara itu, di kawasan Asia-Pasifik, sengketa yang sedang berlangsung di Laut China Selatan dan aktivitas militer yang meningkat meningkatkan ketegangan regional. Ketegangan geopolitik ini mempengaruhi jalur perdagangan dan menyebabkan gangguan dalam pengiriman maritim, yang semakin memperburuk masalah rantai pasokan.
Sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, banyak negara sedang merevisi proyeksi ekonomi mereka dan menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak. Bank sentral sedang menyesuaikan suku bunga, dan pemerintah memperkenalkan paket stimulus ekonomi untuk mendukung pertumbuhan dan stabilitas. Namun, efektivitas langkah-langkah ini tetap tidak pasti saat ekonomi global menghadapi tekanan ganda dari ketidakstabilan geopolitik dan volatilitas ekonomi.
Para ekonom menyarankan bisnis dan investor untuk tetap berhati-hati dan mendiversifikasi portofolio mereka untuk mengelola risiko yang terkait dengan iklim geopolitik saat ini. Sifat saling terkait dari ekonomi global berarti bahwa gangguan di satu kawasan dapat memiliki konsekuensi yang luas, menyoroti kebutuhan untuk perencanaan strategis dan ketahanan.
Saat dunia menghadapi masa-masa yang tidak menentu ini, kerjasama internasional dan upaya diplomatik akan sangat penting dalam menangani penyebab mendasar ketegangan dan memastikan lingkungan ekonomi yang stabil. Beberapa bulan mendatang akan krusial dalam menentukan seberapa efektif negara-negara dapat mengelola tantangan ini dan menjaga stabilitas ekonomi global.
Reforter:
Abah azis
Kegiatan ini harus di dukung dengan baik oleh pemerintah