Jakarta// Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Optimalisasi Hasil Pertanian Pangan dan Hortikultura di Kantor Staf Presiden.
Dalam paparannya yang komprehensif, Dwikorita Karnawati didampingi Deputi Klimatologi menyampaikan, informasi mengenai Monitoring Perkembangan dan Kondisi Iklim terkini di hadapan Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko dan pihak-pihak terkait, Kamis (28/12/23).
Dwikorita menyoroti proyeksi hasil monitoring BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia terkait El-Nino moderat yang diproyeksikan akan berlanjut hingga awal tahun 2024.
Selain itu, Index of Indian Ocean Dipole (IOD) positif juga diantisipasi akan berlangsung hingga Januari 2024.
“Puncak musim hujan ini diprediksi akan berlangsung hingga pertengahan Februari atau akhir Februari, walaupun tidak terjadi bersamaan. Seharusnya kita cukup bersiap tentang pola tanam, karena kalau hujan ekstrim juga berdampak ke kondisi tanaman juga. Nah, ini juga kita perhatikan,” kata Dwikorita Karnawati bisadalam keterangannya, Sabtu (30/12/23).
Melalui analisis Zona Musim (ZOM) diketahui bahwa 52% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Khususnya di Kalimantan, proyeksi curah hujan tinggi di berbagai wilayah pada Januari hingga April.
Di sisi lain, Jawa terutama Jawa Timur dan Nusa Tenggara berpotensi mengalami curah hujan rendah pada Mei dan Juni, meningkatkan risiko kekurangan air.
BMKG memprediksi curah hujan bulanan untuk periode Januari hingga Juni 2024. Dalam kurun waktu Januari – Maret, sejumlah wilayah di pesisir timur Sumatera, Sulawesi, dan sebagian Papua Barat diperkirakan akan mengalami curah hujan rendah.
“Prediksi ini meningkat pada April, dengan sebagian wilayah Sumatera, Jawa, dan Sulawesi diprediksi mengalami curah hujan rendah. Meskipun Mei dan Juni 2024 diproyeksikan berada pada kategori rendah-menengah secara umum, wilayah tertentu seperti Kalimantan, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua tetap berpotensi mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi,” ujarnya.
Lebih lanjut Dwikorita mengungkapkan, informasi ini diharapkan memberikan panduan yang jelas dan mudah dipahami bagi petani serta pemangku kepentingan sektor pertanian, terutama peserta rapat koordinasi dari Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, dalam menyusun strategi adaptasi dan pengelolaan risiko menghadapi dinamika iklim tahun 2024.
Kontr;
(Bdie)**