Kota Bandung // Hal ini juga yang telah dilaksanakan oleh Cemara Paper di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. Di komunitas ini, disabilitas memanfaatkan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis. Mereka bahkan telah melakukannya sejak tahun 2018.
Ketua Kelompok Disabilitas Daur Ulang Cemara Paper, Asti Gustiasih mengungkapkan kegiatan ini sudah berjalan dengan bantuan Biofarma.
“Sejak tahun 2018, dibina oleh TJSL PT Biofarma. Biofarma mengundang teman-teman disabilitas,” ungkapnya.
Lima tahun berdiri, Cemara Paper telah membuat berbagai kerajinan, di antaranya kipas, amplop, dan sebagainya. Kerajinan tersebut diproduksi oleh para siswa SLB Cicendo.
“Ada kipas, payung, amplop, map yang sudah dipesan. Kemudian box tisu, buku agenda tahunan, block note, tas cindera mata, dan banyak lagi,” ujar Asti.
Untuk cover buku dibanderol dengan harga Rp 35-70 ribu, tergantung model dan ukuran. Cover buku yang diproduksi berasal dari pelepah pisang dan dihiasi dengan bunga-bunga asli. Sama halnya dengan tas cindera mata menggunakan pelepah pisang dan dijual dengan harga Rp75 ribu.
“Untuk covernya pakai pelepah pisang, kalau untuk pewarna kita masih memakai pewarna sintesis,” tutur Asti.
Di balik karya yang menarik, proses yang dilalui pun cukup sulit dan membutuhkan waktu beberapa hari hanya untuk pembuatan kertas.
“Butuh waktu kurang lebih dua sampai tiga hari untuk pembuatan kertas saja,” ucapnya.
Pada saat pandemi, terbatasnya interaksi membuat kegiatan terkendala. Asti mengungkapkan tidak ada kegiatan sama sekali yang mereka lakukan.
“Saat pandemi kita sama sekali tidak ada kegiatan. Jangankan untuk bekerja, tatap muka saja tidak boleh. Kita tidak pernah berkumpul dengan teman-teman,” tuturnya.
Sebelum bertempat di SLB (Sekolah Luar Biasa), program ini dulunya berlokasi di Jalan Cemara.
“Tahun 2018 kita bertempat di Jalan Cemara, 2021 kita pindah ke SLB. Sampai saat ini kita berkarya dan bekerja, itu dilakukan di SLB,” kata Asti.
Pada pembuatan karya daur ulang kertas, tentunya membutuhkan stok kertas yang banyak. Kertas-kertas yang diperoleh berasal dari Biofarma dan mahasiswa Institut Teknologi Nasional Bandung (Itenas).
“Alhamdulillah kita di supply dari Biofarma. Dari mahasiswa Itenas juga mengirim,” ujar Asti.
Dari sekian banyak karya yang telah diproduksi, terdapat beberapa karya yang terkenal dan sudah sampai ke mancanegara, yaitu payung dan kipas Jepang.
Untuk menghasilkan karya yang lebih indah, Pihak Cemara Paper berkolaborasi dengan pelukis dalam memproduksi payung.
“Payung dan kipas Jepang sudah terkenal. Kalau kipas sudah sampai ke Amerika, untuk payung mojang dengan ciri khas bunga patrakomala sudah sampai ke Australia,” ucapnya.
Tak hanya payung dan kipas, buku agenda dan block note juga menjadi karya yang cukup laris dikalangan masyarakat.
Selain menghasilkan karya-karya, tentunya Cemara Paper mengikuti banyak kompetensi, salah satunya pameran Jambornas dan berhasil meraih penghargaan.
“Pada September 2022, saya mengikuti pameran Jambornas di Universitas Budi Luhur. Waktu itu pameran nasional dan Alhamdulillah Cemara Paper mendapat peringkat satu,” tuturnya.
Dengan semakin dikenalnya dikalangan masyarakat, Asti berharap semoga Cemara Paper dapat terus berkarya menghasilkan produk-produk berkualitas.
“Saya berharap semoga Cemara Paper terus berkarya dan menambah wawasan yang lebih luas, bertambah lagi orang-orang yang lebih peduli untuk bisa membeli produk kami,” tuturnya.
(Hms/Red)**