Kab. Bandung // Kepala Desa Cihawuk, beberkan hasil tani dan prosesnya kepada warrawan dengan program yang bagus, ia menjelaskan kondisinya.
Kontur tanah wilayah Desa Cihawuk Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang berada diketinggian lebih dari 1500m dpl yang bersuhu dingin pegunungan di kisaran 16 sampai 20 derajat Celcius sangat cocok untuk tanaman sayuran seperti wortel, kentang, cabe gendot, bawang daun, kol, cauliflower dan tomat. Daerah di kaki Gunung Kendeng yang berbatasan dengan Gn.Papandayan di sebelah selatan dan di sebelah timur Gn. Wayang Windu ini dikenal sebagai daerah pertanian sayur yang memasok ke wilayah Jakarta, Bandung, Semarang, bahkan hingga keluar Jawa. Setiap hari puluhan truk mengangkut berbagai macam sayuran ke Jakarta dan kota besar lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat.
Selain memasok kebutuhan pasar, sayuran dan kentang ini dibutuhkan oleh perusahaan makanan seperti Indofood. Puluhan ton hasil panen kentang dari Desa Cihawuk diserap oleh PT Indofood untuk diolah menjadi keripik serta makanan berbahan dasar kentang lainnya.
Tanah Desa Cihawuk yang subur seperti umumnya tanah yang berada di dekat gunung api, menjadikan Desa Cihawuk sebagai sentra pertanian kentang. Hampir 80% hasil panen kentang di Cihawuk yang berjenis Atlantis masuk ke Indofood.
Kepala Desa Cihawuk, H.Yaya Dores menerangkan bahwa antara para petani dengan PT.Indofood sudah melakukan kontrak. ” setiap musim, Indofood mengirimkan bibit kentang ke petani sebanyak 120 ton dari jenis kentang Atlantis yang berdaging putih. Kerjasama ini memang sangat baik dan menguntungkan petani. Tapi saya akan melakukan diversifikasi pertanian kentang agar masyarakat lebih diuntungkan” ujar Kepala Desa Cihawuk saat bertemu dengan wartawan di kantor Desa pada (4/10/23).
Diversifikasi kentang yang dimaksudkan oleh Kepala Desa ini adalah agar masyarakat petani kentang bisa merasakan keuntungan lebih baik daripada menanam kentang jenis Atlantis.
Menurutnya tanaman kentang jenis Atlantis memang bagus, dan cocok untuk diolah. Berbeda dengan Granola L yang berwarna kuning. Namun ada kelemahan bibit tanaman Atlantis yaitu sangat rentan penyakit terutama pada musim hujan.
Misal jika sebatang tanaman bibit kena penyakit, maka penyakit itu akan menular dengan cepat hingga mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit pada petani.
Yang membuat Kepala Desa Cihawuk prihatin adalah jika petani yang bekerjasama dengan Infood mengalami gagal panen saat musim hujan, maka petani bisa memiliki hutang ke Indofood hingga puluhan juta rupiah. Hal ini yang memotivasi Kepala Desa Cihawuk H. Yaya Dores untuk membuat gebyar Cihawuk sebagai Desa penghasil Kentang unggulan.
Melalui Green House yang ia dirikan di belakang rumahnya, ia menanam sebanyak 140 ribu bibit kentang jenis Granola L. Kentang jenis Granola L ini lebih tahan penyakit serta harga pasar yang cukup lumayan. Fihaknya mengatakan bahwa, Garola L adalah bibit unggulan yang sudah dikenal selama ini. Dibandingkan dengan bibit Atlantis, Granola tentu lebih unggul dari segi ketahanannya.
Kentang Atlantis dari Indofood sangat bagus pada musim kemarau. Namun saat musim hujan, kerentanan terhadap penyakit Atlantis, sulit dikendalikan. Ibarat virus, jika satu anakan tanaman kentang Atlantis terkena penyakit, maka tanaman lainpun akan dengan sangat mudah tertukar penyakit yang sama.
Untuk Granola L, jika ada tanaman yang terkena penyakit, cukup dibuang saja tanaman tersebut dan disempro, maka tanaman lainnya akan aman. Nilai jual kentang Granola L saat ini dari kebun, Rp.15 ribu per kilogramnya, sedang nilai kentang Atlantis dihargai sekitar Rp.8000 per kilogram.
Perbedaan harga yang menyolok ini membuat Kepala Desa melakukan terobosan untuk tanaman kentang. Ia mengembangkan bibit Granola L dengan Tujuan untul meningkatkan taraf hidup para petani kentang agar bisa menikmati harga jual yang memadai.
” Tujuan intinya agar petani terhindar dari hutang ketika gagal panen.Mereka yang mau menanam Granola L, akan disuplai bibitnya oleh Desa dengan sistem subsidi 50%. Misal jika harga bibit perpohon Rp.2000, maka petani bisa membayar setengahnya saja. Mau menanam seratus atau duaratus polibag tidak masalah.Setelah itu silahkan kembangkan, hasilnya jual lagi kepada pengusaha atau kelompok pertanian setempat. Sehingga petani akan mendapat keuntungan lebih dari sekedar menanam Atlantis. Namun saya tekankan bibit Granola L tidak boleh dijual keluar, akan ada sanksi bagi petani yang menjual bibit Granola L keluar wilayah” . tuturnya.
Lanjut Kepala Desa Cihawuk, yang menekankan bahwa Cihawuk akan melakukan gebyar kentang atau panen raya pada September tahun depan dengan tajuk dari petani untuk petani.
Dengan sistem ini bukan artinya Kepala Desa akan memutus kerjasama dengan PT.Indofood, hal tersebut diserahkan kembali pada para petani. Yang mau melanjutkan kontrak dengan Indofood tetap dipersilahkan. Desa hanya memfasilitasi petani yang ingin memiliki harga jual berbeda dengan varietas yang berbeda pula.
Panen raya diperkirakan akan terjadi di bulan September tahun depan. Para petani yang mengembangkan varietas Granola L akan dibimbing dan dibekali ilmu, baik ilmu penanaman maupun pemasaran.
Penampung kentang merupakan kelompok petani Cihawuk yang akan memasarkan kentang sayur ke berbagai daerah. Diharapkan dengan sistem GH ini maka petani kentang di Cihawuk akan mengalami peningkatan taraf ekonomi, karena kentang merupakan komoditas pertanian yang disukai oleh masyakarat.
Kentang Cihawuk ke depan bisa memiliki daya saing dengan kentang dari luar daerah seperti Dieng dan Berastagi.
Kepala Desa Cihawuk berharap, masyarakat petani bisa membandingkan sendiri baik buruk dari suatu varietas. Fihak Desa siap membina dan membimbing petani yang ingin beralih ke varieta Granola L.
(Zrn)**