SATUNEWS.ID – KOTA TASIKMALAYA, || Saluran irigasi pertanian di Kampung Sumelap, Kelurahan Sumelap, Kecamatan Tamansari, mengalami kerusakan berat setelah sebagian dinding bangunan ambrol pada Minggu (09/11/2025). Kerusakan tersebut langsung memengaruhi distribusi air menuju lahan sawah warga.
Kerusakan irigasi diperkirakan mencapai sekitar 20 meter dan membuat aliran air tidak mengalir normal. Kondisi ini mengancam persiapan lahan pertanian yang sebentar lagi memasuki masa tanam, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan potensi penurunan hasil produksi.
Para petani setempat menyampaikan kegelisahan mereka karena saluran irigasi itu merupakan sumber utama pengairan sawah. Jika tidak segera diperbaiki, risiko gagal tanam dan kerugian ekonomi dinilai sangat mungkin terjadi.

Insiden ambrolnya irigasi tersebut diduga kuat akibat kurangnya pondasi serta tidak adanya struktur penopang yang memadai. Kondisi tersebut menunjukkan indikasi bahwa pengerjaan proyek tidak memenuhi standar teknis konstruksi.
Sebelumnya, sergap.co.id telah menyoroti proyek ini melalui laporan bertajuk “Proyek Irigasi BBWS Disorot Publik, Desak Keterbukaan Anggaran” yang menyinggung transparansi dan kualitas pekerjaan. Ambrolnya saluran ini memperkuat dugaan adanya penyimpangan pelaksanaan spesifikasi teknis.
“Air sudah tidak mengalir normal sejak irigasi itu jebol. Kami khawatir tanam padi berikutnya gagal. Pihak rekanan harus bertanggung jawab,” ungkap seorang petani yang enggan disebutkan namanya.
Ia juga menyoroti lemahnya pengawasan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), sehingga diduga pekerjaan dilakukan tidak sesuai juklak-juknis. Petani menilai penanggung jawab proyek seolah abai terhadap dampak yang ditimbulkan.
Hasil peninjauan lapangan memperlihatkan pondasi bangunan terlihat terlalu dangkal dan tidak mampu menahan tekanan air saat debit meningkat. Hal ini mengindikasikan proses pembangunan dilakukan tanpa perhitungan teknis yang memadai.
Hingga berita ini diterbitkan, BBWS belum menurunkan tim untuk melakukan evaluasi maupun memberikan teguran kepada pihak rekanan pelaksana proyek. Keterlambatan respons ini memunculkan pertanyaan publik mengenai komitmen pengawasan sumber daya air.
Warga dan petani mendesak BBWS segera melakukan peninjauan dan percepatan perbaikan agar pasokan air kembali normal sebelum musim tanam dimulai. Mereka berharap kerusakan ini tidak berujung pada kerugian produksi yang lebih besar.
(R/Asep)






























