SATUNEWS.ID – TASIKMALAYA , || Kasus dugaan keracunan makanan kembali menghantui sekolah penerima suplai dari dapur Menu Bergizi Gratis (MBG) di bawah koordinasi Kodim 0612/Tasikmalaya. Investigasi lapangan mencatat dua peristiwa besar terjadi di Kecamatan Cikalong dan Rajapolah, dengan puluhan siswa menjadi korban.
Peristiwa terbaru berlangsung pada 18 September 2025 di Desa Mandala Jaya, Kecamatan Cikalong. Dapur MBG yang dikelola Yayasan Suyono Miharta Wijaya diduga menjadi sumber makanan penyebab 63 siswa mengalami gejala keracunan. Sebanyak 13 siswa harus mendapat perawatan medis, terdiri dari sembilan orang di Puskesmas Cikalong dan empat lainnya di Klinik Sativa.
Selain itu, hasil survei tim medis menemukan tambahan 50 siswa lain yang mengalami gejala serupa, namun memilih melakukan perawatan mandiri di rumah masing-masing. Dengan demikian, total korban di Cikalong mencapai lebih dari seratus siswa.
Kasus serupa tercatat pada 2 Mei 2025 di Rajapolah. Saat itu, dapur MBG di bawah pengelolaan Yayasan Abubakar menyalurkan makanan ke sejumlah sekolah dasar dan menengah. Catatan medis menunjukkan 51 siswa terdampak, dengan 38 di antaranya menjalani perawatan jalan di Puskesmas Rajapolah dan 13 siswa lain dalam observasi dokter.
Korban di Cikalong berasal dari PAUD Dahlan Alfalah, TK Dahlan Alfalah, SDN Cikalong, dan SDN Medang Kamulyaan. Sementara di Rajapolah, siswa terdampak tersebar di enam sekolah, mulai dari SDN Manggungjaya hingga TK PGRI Fajar Kasih.
Meski jumlah korban cukup besar, seluruh siswa dilaporkan pulih setelah menjalani perawatan singkat. Petugas kesehatan di Rajapolah menyebut rata-rata siswa hanya dirawat sehari sebelum diperbolehkan pulang.
Hasil investigasi awal mengarah pada kesalahan pengolahan makanan. Di Cikalong, menu mie yang terlalu lama disajikan diduga menjadi pemicu. Sedangkan di Rajapolah, saksi menyebut adanya perbedaan rasa pada menu ayam teriyaki yang diberikan kepada siswa.
Saat ini, dapur MBG di Cikalong masih beroperasi meski penyelidikan tengah berlangsung. Sampel makanan telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat, dan tim Bareskrim Mabes Polri ikut turun tangan.
Adapun dapur MBG di Rajapolah sempat ditutup selama sebulan pasca-kejadian, sebelum kembali beroperasi setelah ditangani Polda Jawa Barat. Namun, kasus ini tetap menyisakan tanda tanya besar terkait efektivitas pengawasan dapur MBG di lapangan.
Program yang dirancang untuk memenuhi gizi seimbang anak sekolah justru meninggalkan catatan kelam dengan ratusan siswa terpapar gejala keracunan. Publik kini menunggu langkah tegas pemerintah dan aparat untuk memastikan kejadian serupa tidak kembali terulang. (R**)