Oleh : Idat Mustari
Assalamu’alaiku
Satunews.id — Sang Bijak berkata,” Jika aku diminta untuk memilih harta atau senyuman, maka yang kupilih bisa tersenyum.”
Jika saja untuk tersenyum harus banyak uang, maka yang bisa tersenyum hanyalah orang-orang kaya. Jika saja untuk tersenyum harus memiliki kekuasaan maka yang bisa tersenyum hanyalah para pejabat. Jika saja untuk tersenyum harus cantik, ganteng maka yang bisa tersenyum hanyalah kalangan artis selebritis.
Orang kaya atau miskin bisa tersenyum. Pejabat atau rakyat bisa tersenyum. Siapa saja bisa tersenyum meskipun ada pula orang yang kesulitan untuk tersenyum.
Senyum itu sedekah“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu” (Sahih, HR Tirmidzi no 1956). Jadi orang yang sulit tersenyum adalah orang yang pelit. Nabi saw adalah orang yang selalu tersenyum saat bertemu dengan para sahabatnya, bahkan kepada musuh-musuhnya. Jika ada orang yang enggan tersenyum kepada orang lain hanya gara-gara berbeda pendapat di forum rapat maka orang itu telah kehilangan salah satu akhlak Nabi saw.
Para pakar psikologi sepakat bahwa senyuman itu bisa meningkatkan imun, awet muda, kesehatan jantung dan mengurangi stress. Orang yang tersenyum saat bertemu dengan orang lain, maka ia sedang menebarkan rasa kebahagiaan kepada orang lain. Pun yang bisa membuat orang lain tersenyum adalah orang yang telah menjadi perantara Anugerah Allah. “Dan sesungguhnya hanya Dia, ALLAH, yang dapat membuat seseorang tertawa atau menangis. (An-Najm, 53: 43).
Senyum yang bikin orang lain bahagia adalah senyum yang dilandasi oleh ketulusan. Senyum yang tulus lah yang menebarkan aura positif bagi sekitarnya. Memang tidak selamanya senyum berkonotasi positif, seperti senyum sinis para politisi atau senyum-senyum sendiri para ODGJ.
Wallahu’alam Semoga Bermanfaat