Satunews.id
KBB//;Kasus dugaan kekerasan dan perundungan di SMPN 2 Ngamprah ini memang telah menimbulkan perhatian besar, terutama karena melibatkan seorang guru matematika yang diduga mencubit seorang siswa, yang berujung pada trauma psikologis bagi siswa tersebut. Tindakan yang dialami oleh siswa tersebut, termasuk pemanggilan ke ruang guru yang diduga diikuti dengan bentuk perundungan, telah membuat siswa merasa takut untuk kembali ke sekolah.
Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya pendekatan yang lebih bijak dalam menangani murid. Sistem pendidikan semestinya mengedepankan prinsip “ramah siswa,” di mana segala bentuk komunikasi dan tindakan yang dilakukan oleh guru perlu didasarkan pada empati dan penghargaan terhadap perasaan murid.
Kepala sekolah SMPN 2 Ngamprah, Agus Samsu Permana, telah menyampaikan permintaan maaf dan mengupayakan mediasi antara pihak sekolah, guru, dan orang tua murid guna menyelesaikan masalah ini secara damai (tabayun/islah). Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (Disdik KBB) pun dilibatkan untuk mendapatkan klarifikasi yang jelas dan menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran bagi seluruh institusi pendidikan.
Namun, kasus ini tetap menjadi pengingat bahwa dunia pendidikan harus semakin mengutamakan pendekatan yang mendukung kesejahteraan psikologis siswa dan hubungan baik antara guru dan murid. Kasus ini juga menjadi “alarm darurat” agar pihak sekolah dan dinas pendidikan lebih memperhatikan permasalahan semacam ini dan melakukan pencegahan agar tidak terulang di kemudian hari.
(Red)**