TASIKMALAYA-Djukardi ‘Bongkeng’ Adriana, yang dijuluki sebagai seorang legenda bagi para pecinta alam, terus menginspirasi dengan langkah-langkahnya yang tanpa lelah dalam menyuarakan pesan kelestarian alam di Indonesia.
Dikenal sebagai Abah ‘Bongkeng’ sejak pendidikan di perhimpunan Wanadri pada tahun 1973, Abah Bongkeng kini aktif berkiprah di EAST Indonesia (Eiger Adventure Service).
Beliau tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga mengajarkan teknik berkegiatan di alam bebas sambil memegang teguh prinsip-prinsip konservasi alam.
Seiring dengan gelaran Tasik Baseuh Enjoy ke-8 yang akan diselenggarakan pada tanggal 14 Januari, Abah Bongkeng memberikan apresiasi kepada Komunitas Pegiat Alam yang tergabung dalam Republik Aer Tasikmalaya.
Abah mengakui dan mengapresiasi atas dedikasinya dalam menginisiasi dan mengkampanyekan konservasi sungai Ciwulan. Menurut Abah Bongkeng, ancaman terhadap habitat dan kelestarian sungai di Indonesia semakin meningkat akibat sampah plastik yang mencemari beberapa sungai di Indonesia
Selain Abah Bongkeng Pendaki gunung senior dan pemanjat tebing Indonesia, Mamay S Salim yang merupakan salah satu pendiri EIGER, juga memberikan apresiasi serupa.
Mamay, yang pertama kali mendaki Rinjani pada tahun 1979, menyampaikan pesan penting kepada warga Tasikmalaya agar menjaga alam dan tidak merusak lingkungan. Baginya, merusak alam bukan hanya merugikan lingkungan, tetapi juga berpotensi memakan biaya besar untuk perbaikannya.
“Masyarakat harus disiplin dalam membuang sampah, tidak boleh sembarangan, terutama di atas gunung atau di sungai. Sampah harus dibuang pada tempat yang telah disediakan,” tegasnya.
Apresiasi dari dua figur yang konsisten dalam menjaga kelestarian alam ini menjadi dorongan bagi komunitas pegiat alam di Tasikmalaya untuk terus berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan.
Gelaran Tasik Baseuh Enjoy ke-8 diharapkan menjadi momentum penting dalam menyatukan langkah demi keberlanjutan alam yang kita cintai.
***