Kota Cimahi // Hal itu diungkapkan Plt Kepala Bidang Damkar pada Satpol PP Kota Cimahi, Aep Mulyana, Jumat (6/10/2023).
Menurut Aep, Damkar Kota Cimahi membutuhkan armada baru yang digunakan untuk penanganan kebakaran.
“Pasalnya, unit mobil Damkar yang tersedia saat ini kurang ideal ditengah potensi kebakaran yang meningkat karena kemarau berkepanjangan,” terang Aep.
Diakui Aep, pihaknya untuk tahun ini rencananya akan mendapatkan satu unit.
“Kami tinggal nunggu proses penganggaran tahun depan, satu unit kendaraan Damkar plus perbaikan total satu unit,” katanya.
Saat ini jumlah mobil Damkar yang hanya ada 12 unit, hanya saja tidak semuanya mobil damkar tersebut berfungsi.
Kini hanya tiga sampai empat unit yang masih bisa beroperasi, ditam iabah dengan tiga unit yang sudah rusak berat.
Dengan kondisi itu tentu saja menyulitkan Tim Damkar Kota Cimahi. Apalagi kalau terjadi kebakaran lebih dari satu titik dan dalam waktu yang bersamaan, sehingga pihak Damkar Kota Cimahi kerap selalu meminta bantuan ke daerah lain.
“Kendaraan yang lainnya banyak kendala, contohnya pulang melakukan pemadaman mobil terjadi mogok, jadi lebih banyak perbaikannya. Untuk saat ini kita lagi darurat unit kendaraan, makanya kalau diminta pemadaman ke Sarimukti juga kita hanya mengirim orang, tidak dengan unit kendaraan kebakarannya,” ucap Aep.
Kata Aep, jumlah peristiwa kebakaran di Kota Cimahi, ada peningkatan secara drastis dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Kemarau panjang menjadi pemicu utama yang membuat si jago merah lebih mudah melahap objek yang didominasi lahan kosong.
Berdasarkan data Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Cimahi, jumlah kebakaran sepanjang tahun 2021 ada 49 titik kemudian tahun 2022 ada 37 titik, dan meningkat drastis ditahun 2023. Hingga awal Oktober saja tercatat sudah ada 74 objek yang terbakar.
“Total kebakaran di Kota Cimahi Tahun 2023, 74 objek sampai awal Oktober ini, memang sangat naik drastis dibandingkan tahun lalu,” imbuh Aep Pula.
Aep mengatakan, peristiwa kebakaran dimusim kemarau panjang ini didominasi lahan kosong yang mencapai 31 titik. Kemudian pabrik atau gudang sebanyak 15 titik, rumah 12 titik, pasar atau toko 6 titik dan objek lainnya ada 10 titik.
“Kebanyakan memang lahan kosong, ada alang-alang juga yang memang lebih mudah terbakar di musim kemarau ini,” ujar Aep.
Dirinya mengungkapkan, mayoritas penyebab kebakaran lahan kosong yang terjadi di musim kemarau ini didominasi kelalaian manusia. Seperti dari pembakaran sampah yang ditinggal begitu saja hingga akhirnya memicu terjadinya kebakaran.
“Apalagi sejak sampah gak bisa dibuang ke TPA, aktivitas yang bakar sampah ini lumayan juga. Dibakar sampahnya, tapi tidak bertanggungjawaba karena ditinggalkan,” tutup Aep.
(Red)**